Penerapan Pembelajaran PAUD



A.    Penerapan Pembelajaran PAUD dari Aspek Perkembangan
1.      Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976).
Perkembangan kognitif adalah seluruh proses aktifitas mental yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengelolaan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuaan, memecahkan masalah, merencanakan masa depan, atau semua proses kognisi yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
 Ada beberapa pencetus tentang teori perkembangan kognitif yaitu Piaget dan Vygotsky. Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada beberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai informasi. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:
a.       Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
b.      Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan
c.       Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu –individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa dari pada aktivitas dalam bentuk klasikal.
d.      Mengutamakan peran siswauntuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan –gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarakan secara langsung, perkembangannya dapat di simulasi.
Teori Piaget berpengaruh ke model konstruktivis pembelajaran, yang terdiri dari pengajaran utama sebagai berikut: (Slavin, 2011:56)
a.    Fokus pada proses pemikiran siswa, bukan pada hasilnya. Selain memeriksa kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
b.    Pengakuan atas peran penting kegiatan pembelajaran berdasar keterlibatan aktif yang diprakarsai sendiri oleh siswa. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong  menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
c.    Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk menjadikan siswa berpikir seperti orang dewasa. Piaget merujuk ke pertanyaan “Bagaimana cara kita mempercepat hubungan?” sebagai “pertanyaan Amerika”. Di Serikat tampak paling tertarik dengan teknik apa saja yang digunakan untuk mempercepat langkah siswa melewati tahap-tahap tersebut. Program pendidikan yang berbasis Piaget menerima keyakinannya yang kuat bahwa pengajaran premature dapat lebih buruk daripada tanpa pengajaran sama sekali karena hal itu melahirkan penerimaan rumus orang dewasa secara dangkal, bukannya pemahaman kognisi yang benar. (May&Kundert)
d.   Penerimaan atas perbedaan kemajuan perkembangan masing-masing orang. Teori Piaget beranggapan bahwa semua siswa mengalami urutan perkembangan yang sama tetapi hal itu terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Karena itu, guru harus menempuh upaya khusus untuk merencanakan kegiatan di ruang kelas bagi masing-masing siswa dan kelompok kecil anak-anak bukannya bagi seluruh kelompok kelas. Selain itu, karena perbedaan masing-masing siswa sudah diperkirakan, penilaian kemajuan pendidikan siswa hendaknya dilakukan berdasar perjalanan perkembangan terdahulu masing-masing siswa itu sendiri, bukan berdasar kinerja teman-teman dengan usia yang sama.
Tokoh konstruktivis lain adalah Vigotsky. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vigotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas –tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara sendiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberinya kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajaran yaitu:
a.       Menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka.
b.      Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vigotsky adalah salah satu teori belajar social sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif terjadi interaksi sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa antara siswa dengan guru dalam usaha mengemukan konsep – konsep pemecahan masalah.
Konsep Vygotsky (2011:60) didasarkan pada gagasan bahwa perkembangan ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan seorang anak secara mandiri dan oleh apa yang dapat dilakukan anak itu ketika dibantu oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten (John-Steiner & Mahn, 2003). Ada 2 implikasi utama dari Vygotsky:
a.       Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah afektif dalam zona of  proximal development.
b.      Dalam pengajaran ditekankan scaffolding sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. 
2.      Emosi
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang tampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis meronta. Pada keadaan tenang, bayi itu tidak akan menunjukkan perbuatan apapun, jadi dapat disimpulkan emosinya sedang dalam keadaan normal (netral).
Makin besar seorang anak, makin besar pula kemampuannya untuk belajarn sehingga perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar.
Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan yang bersangkutan, sehingga ekspresi tersebut dapat dimengerti oleh orang lain dalam kebudayaan yang sama. Klienberg pada tahun 1993 menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan berbagai bentuk ekspresi emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia Barat. Ekspresi-ekspresi itu antara lain:
·         Menjulurkan lidah kalau keheranan.
·         Bertepuk tangan kalau kuatir.
·         Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
Yang dipelajari dalam perkembangan emosi adalah objek-objek dan situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak yang tidak pernah ditakut-takuti di tempat gelap, tidak akan takut kepada tempat yang gelap. Pria Amerika jarang menangis pada peridtiwa-peristiwa seperti perkawinan, gagal ujian dan sebagainya. Tetapi, pria Perancis lebih mudah untuk mencucurkan air mata dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Sikap yang disertai dengan emosi ayng berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap negatif terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu, takut, tidak berdaya, segan bertemu dengan orang lain dan sebagainya.
Aplikasi yang diterapkan pada perkembangan emosi anak usia dini ada berbagai macam. Adapun aplikasi metode perkembangan emosi yang dapat dilakukan di PAUD antara lain :
a. Pengelompokan anak
Melalui pengelompokan, anak akan saling mengenal berinteraksi secara intensif dengan anak lain.
b. Modelling dan imitating
Imitasi adalah peniruan sikap, tingkah laku, serta cara pandang orang lain yang dilakukan secara sengaja. Sejak usia dua sampai tiga tahun anak mulai senang meniru tingkah laku orang lain yang ada di sekitarnya.
c. Bermain kooperatif
Bermain kooperatif adalah permainan yang melibatkan sekelompok anak, di mana setiap anak mendapatkan peran dan tugas masing-masing yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.
d. Belajar berbagi
Belajar berbagi merupakan latihan keterampilan sosial yang sangat baik bagi anak. Melalui kegiatan ini anak akan belajar berempati terhadap anak lainnya.
3.      Bahasa
Menurut Jackman perkembangan bahasa adalahLanguage development follows a predictable sequence. it is related, but not tied, to chronological age. this developmental process includes both sending and receiving information. it is important to remember that language is learned through use”. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui perkembangan bahasa adalah urutan yang dapat diprediksi. Hal itu terkait, namun tidak terikat dengan usia kronologis. Proses perkembangan ini mencakup pengiriman dan penerimaan informasi. penting untuk diingat bahwa bahasa dipelajari melalui penggunaan.
Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatik (penggunaan) bahasa. Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain.
Anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. Menurut Owens dalam Rita mengemukakan bahwa “Anak usia tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan”. Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosa kata tersebut, anak menggunakan fast wrapping yaitu suatu proses dimana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam dialog. Pada masa dini inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Anak usia 4-5 tahun rata-rata dapat menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat yang dapat berbentuk kalimat pernyataan, negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai menggunakan kalimat yang beralasan seperti “saya menangis karena sakit”. Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.
Dalam membahas  perkembangan bahasa sangat penting untuk selalu mengingat bahwa bahasa terdiri dari sistem aturan, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, leksikal, semantik dan pragmatik sehingga bisa mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada sistem aturan tersebut pada usia tertentu. Perkembangan bahasa meliputi:
1)      Perkembangan fonologis, berkaitan dengan penguasaan sistem suara/ bunyi. Seorang anak yang akan berbicara, akan mendengar segala hal yang distimulus kepadanya lalu otak mereka menyerap dan memproses. Ketika anak mengeluarkan suara untuk pertama kalinya seperti “hm..”itulah fonologis.
2)      Perkembangan morfologis, berkaitan dengan penguasaan pembentukan kata-kata. Pusat bahasa yang ada di dalam otak seorang anak, setelah menerima stimulus akan memproses lebih lanjut kepada pemahaman akan intonasi kata, bahasa yang diterima anak dari ibunya akan sama dengan apa yang dikeluarkannya. Contoh ketika anak haus, seorang ibu akan menstimulus dengan kata ”susu” atau “minum”. Anak akan mengucapkan dengan intonasi yang sama namun kata yang diucapkan akan menjadi “cu cu” atau “mi mi”.
3)      Perkembangan sintaksis, berkaitan dengan penguasaan tata bahasa. Ini merupakan periode kritis dalam pertumbuhan bahasa, karena anak-anak mengolah, menguji dan mengingat bahasa. Contoh anak sudah dapat mengatakan “main bola” atau “mau susu” dengan jelas.
4)      Perkembangan leksikal, berkaitan dengan penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta pengetahuan mengenai arti kata-kata. Tahap ini sudah mulai masuk ke kalimat telegrafis; anak-anak sudah mengenal, mengingat kata-kata, berbicara secara jelas dan mengerti makna kata yang diucapkannya.
5)      Perkembangan semantik, berkaitan dengan penguasaan arti bahasa. Terjadi pada anak ketika sudah memasuki usia 5-6 tahun. Anak-anak sudah dapat berkomunikasi dengan orang disekelilingnya dan kosakata mereka terus bertambah, pemahaman makna pun bertambah karena anak selalu bertanya “apa maksudnya?”
6)      Perkembangan pragmatik, berkaitan dengan penguasaan aturan-aturan berbicara. Dalam tahap ini anak-anak biasanya sudah mengerti cara berbicara dan mulai belajar untuk berkomunikasi yang baik dan benar. Contoh, kapan anak-anak mendengar nasihat orang tua, kapan anak-anak dapat mengungkapkan perasaannya atau keinginannya kepada orang-orang disekelilingnya. Seorang anak sudah mulai memahami norma yang berlaku di lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam membahas  perkembangan bahasa sangat penting untuk selalu mengingat bahwa bahasa terdiri dari sistem aturan, seperti fonologi (bunyi), morfologi (penguasaan pembentukan kata-kata), sintaksis (penguasaan tata bahasa), leksikal (perluasan kekayaan kata-kata), semantik (penguasaan arti bahasa), dan pragmatik (penguasaan aturan-aturan berbicara) sehingga bisa mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada sistem aturan tersebut pada usia tertentu. Adapun perkembangan bahasa yang harus dicapai anak usia dini adalah:
Perkembangan bahasa yang sudah harus dicapai
anak umur 18 bulan sampai 7 tahun (Feit, 2007)
Umur
Bahasa Reseptif
Bahasa Ekspresif
Keterampilan Sosial
18-24 bulan
·         Menunjukkan kelima bagian tubuh
·         Menggeleng dalam merespon pertanyaan ya atau tidak
·         Mengerti 300 kata
·         Mendengarkan ketika gambar-gambar diberi nama
·         Mengikuti komando 2 tahap. Mis: ambil seaptu dan berikan ke mama
·         Mengatakan 50 kata
·         Menamakan objek familiar
·         Mengatakan frasa dua kata, mis: sepatu mama; maksudnya mama pakai sepatuku
·         Pakai nama sendiri untuk menyebut diri sendiri
·         Memakai kata komando; ayo
·         Terlibat dlam permainan pura-pura (bicara di telepon, memberi makan bayi)
2-2.5 tahun
·         Mengerti konsep “satu “ dan “semua”
·         Mengerti 500 kata
·         Mengerti konsep “kecil” dan “besar”
·         Mengatakan 200 kata
·         Mengganti w dengan r (wed for red). Y for l (lelo for yellow)
·         Mulai bertanya dan menjawab pertanyaan “apa” dan “di mana”
·         Menggunakan beberapa kata benda jamak
·         Menanyakan pertanyaan mendasar, tapi biasanya dengan intonasi (Ayah pergi?), belum “kemana Ayah pergi?”
·         Minta tolong ketika kesulitan mengerjakan tugas
·         Dapat dimengerti orang lain setidaknya 50%. Mulai menggunakan kata empunya, punyaku.
·         Minta tolong menyikat gigi dan pergi ke kamar mandi
·         Menyanyi lagu yang familiar dengan orang dewasa
2.5-3 tahun
·         Mengerti 900 kata
·         Menunjuk ke gambar-gambar objek dengan fungsinya. Ketika ditanya: Apa yang membuat makan dingin? Menunjuk ke lemari es
·         Mengatakan 500 kata
·         Tahu kata empunya ketiga (ia, mereka, kami, kita)
·         Mengatakan mereka laki-laki atau perempuan
·         Dengan jelas mengucapkan p, m, n, w, h
·         Menyebut diri sendiri dengan namanya
·         Menggunakan kata empunya (aku, kamu, punyaku)
·         Mulai berkata tetntang peristiwa lampau
·         Menggambarkan apa yang ia lakukan ketika bermain atau terlibat dalam aktivitas
3-3.5 tahun
·         Mengerti 1.200 kata
·         Respon terhadap 2 komando tak berhubungan, mis: taruh buku di rak buku, dan ambilo sepatumu
·         Mengatakan 800 kata
·         Menamakan warna-warna dasar
·         Memakai kata kerja lampau (aku ingin k kebun binatang kemaren)
·         Menjawab pertanyaan sederhana, apa, siapa, mengapa, berapa banyak?
·         Mulai terus-menerus menanyakan mengapa?
·         Menggunakan interaksi percakapan kompleks dengan anak lain, mis: negoisasi peran ketika bermain
3.5-4 tahun
·         Mengerti 1.500-2.000 kata
·         Tahu “ di depan” dan “di belakang”
·         Respon terhadap komando 3 tahap
·         Menghitung 5 objek
·         Mengatakan umurnya sendiri dan nama lengkapnya
·         Biasanya dimengerti oleh orang selain keluarganya
·         Melakukan analog verbal
·         Jelas mengucapkan b, d, k, g, f, y
·         Mengatakan bagaimana objek umum dipakai
·         Mengulang lagu
·         Mensyortir objek ke dalam kategori tapi mungkin tidak dapat melabel mereka
·         Mengerti ketika informasi tidak benar atau protes secara verbal
·         Mengorganisir permainan pura-pura
4-5 tahun
·         Mengerti 2.000-2.800 kata
·         Menggunakan 1.500- 2.000 kata
·         Salah artikulasi beberapa kata yang sulit
·         Mulai memakai kata benda jamak
·         Bermain dengan kata-kata dan menciptakan irama kata sendiri
·         Menceritakan cerita familiar tanpa petunjuk gambar-gambar
·         Menciptakan kalimat-kalimat kompleks
·         Tahu “antara, di bawah, di atas, paling bawah”
·         Tahu “berat, ringan, keras, lembut”
·         Memakai kata ganti empunya secara konsisten
·         Mengerti berat/ ringan. Keras/ lembut 
·         Mengidentifikasi pertama, terakhir, tengah-tengah
·         Memakai ekspresi umum
·         Memakai gambar untuk “membaca” cerita
·         Mengerti musim, dan mengerti apa yang dapat dilakukan  di tiap musim
·         Memerhatikan cerita pendek dan menjawab pertanyaan sederhana tentang cerita itu.
·         Menceritakan cerita dan konsisten terhadap topiknya
·         Suara jelas seperti anak lain
·         Mencari jawaban terhadap pertanyaan yang bermakna, mis: mengapa itu terjadi
5-7 tahun
·         Mengerti hampir semua yang mereka dengar, konsisten terhadap pengertuian mereka tentang dunia sekitarnya
·         Mengerti lebih/ kurang, kemarin-besok, paling banyak/ paling sedikit
·         Menghitung 20 objek
·         Memberi nama hari secara urut
·         Mengatakan bulan dan hari tanggal lahir
·         Memakai kata benda jamak tidak secara konsisten (anak-anak, tikus-tikus, perempuan-perempuan)
·         Menggunakan semua kata depan secara konsisten
·         Memakai kalimat pasif (temanku Agus dicakar kucing)
·         Menyatakan persamaan dan perbedaan antara objek
·         Mengatakan lelucon sederhana
·         Menyatakan kemarahan dengan kata-kata yang tidak agresif, bukan aktivitas fisik
·         Menyadari kesalahan pada percakapan orang lain
·         Menceritakan cerita yang berhubungan mengenai sebuah gambar, melihat hubungan antara objek dan apa yang terjadi
·         Memiliki percakapan yang baik secara sosial bermanfaat
·         Tertarik belajar, produktivitas, dan membaca

Berdasarkan perkembangan bahasa setiap tahapan usia di atas maka dalam aplikasi bahasa pada PAUD harus sesuai dengan tahapan perkembangannya yaitu:
1.        Mengajarkan kegiatan membaca pada anak, haruslah sesuai dengan tahapan perkembangannya, anak pada masa ini berada pada tahapan praoperasional konkret yang tidak bisa langsung diajarkan melalui metode mengeja dan harus ditunjang dengan media yang konkret yang mampu membantu pemahaman anak, oleh karena itu aplikasi yang dapat diterapkan di sekolah haruslah melalui tahapan berikut:
·      tahap membaca gambar
·      tahap membaca gambar dan huruf
·      tahap membaca gambar dan kata
·      membaca kalimat
2.        Menulis adalah salah satu kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, pada anak usia dini kegiatan menulis harus diajarkan melalui kegiatan sebagai berikut:
·      coretan bebas
·      coretan terkontrol
·      coretan bermakna
·      menulis alpabeth

Komentar