Teori Guilford


  1. Sejarah Joy Paul Guilford
Joy Paul Guilford adalah seorang psikolog berkebangsaan Amerika yang paling diingat untuk mempelajari psikometri tentang kecerdasan manusia. Guilford mengembangkan pandangan L.L. Thurstone dan menolak pandangan Charles Spearman bahwa kecerdasan dapat dicirikan dalam satu parameter numerik. Dia mengusulkan agar tiga dimensi diperlukan untuk deskripsi yang akurat: operasi, konten, dan produk. Sebuah Tinjauan Survei Psikologi Umum, yang diterbitkan pada tahun 2002, menempatkan Guilford sebagai psikolog 27 yang paling banyak dikutip pada abad ke-20.
Guilford lahir di Marquuette, Nebraska pada tanggal 7 Maret 1807. Semasa kecil, Guilford memiliki kebiasaan mengamati perbedaan kemampuan diantara anggota keluarganya sendiri. Guilford merupakan lulusan dari Universitas Nebraska sebelum belajar di bawah Edward Titchener di Universitas Cornell. Pada tahun 1938 Guilford menjadi Presiden ke-3 dari masyarakat psikometri, mengikuti jejak pendirinya Louis Leon Thurstone dan EL Thorndike yang memegang jabatan tersebut pada tahun 1937. Guilford memegang beberapa posisi penting di Nebraska dan di University of Southern California meskipun hanya sebentar.
Pada tahun 1941 ia masuk ke Angkatan Amerika Serikat sebagai Letnan Kolonel dan menjabat sebagai Direktur Unit Penelitian Psikologis No. 3 di Basis Angkatan Udara Santa Ana. Disana ia bekerja dalam pemilihan dan peringkat trainee aircrew saat Angkatan Darat dan Angkatan Udara menyelidiki mengapa jumlah peserta yang cukup besar tidak lulus. Guilford dipromosikan menjadi Kepala Unit Penelitian Psikologis di Markas Komando Angkatan Udara Amerika Serikat di Fort Worth. Guilford mengawasi Proyek Stanine (Standard Nine) pada tahun 1943, yang mengidentifikasi sembilan kemampuan intelektual spesifik yang penting untuk menerbangkan pesawat terbang. (Stanines, sekarang istilah umum dalam psikologi pendidikan, diciptakan selama proyek Guilford). Selama Perang Dunia II, penggunaan Guilford terhadap faktor-faktor ini dalam pengembangan Baterai Uji Klasifikasi dua hari sangat penting dalam meningkatkan tingkat kelulusan untuk trainee aircrew.
Guilford dipecat sebagai kolonel penuh setelah perang, kemudian Guilford bergabung dengan fakultas Pendidikan di University of Southern California dan terus meneliti faktor-faktor intelijen. Dia menerbitkan secara luas tentang apa yang akhirnya dia namakan teori Structure of Intellect (SI theory), dan penelitian pasca-perangnya mengidentifikasi total 90 kemampuan intelektual dan 30 kemampuan perilaku. Selama 20 tahun penelitian Guilford di Southern California didanai oleh National Science Foundation, Kantor Pendidikan dari Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan sebelumnya, dan Kantor Riset Angkatan Laut. Meskipun mata pelajaran Guilford direkrut di Komando Pelatihan Angkatan Udara di Pangkalan Angkatan Udara Randolph di San Antonio, Kantor Riset Angkatan Laut yang mengelola penelitian ini.
Penelitian pasca-perang Guilford menyebabkan pengembangan pengujian klasifikasi yang dimodifikasi dengan cara yang berbeda, memasuki berbagai penilaian personil yang dilakukan oleh semua cabang Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Jadi secara umum, semua ujian kualifikasi militer Amerika Serikat. pada tahun 1950an, 1960an, dan 1970an diturunkan dari penelitian Guilford.
  1. Teori Guilford
Salah satu teori intelligensi multifactor telah dikemukakan oleh Guilford (1959), kemudian terus direvisi sampai tahun 1988. Ia menggunakan teknik “analisis faktor” statistic untuk mengembangkan model berbentuk kubus yang ia sebut sebagai model “Struktur Intelek” atau sering dikenal dengan istilah Structure of Intellect. Teori SI terdiri dari 180 kemampuan intelektual yang berbeda yang disusun dalam tiga dimensi: operasi, konten, dan produk. Sistem kemampuan intelek tersebut terdiri atas: (1) material atau isi yang diproses, (2) proses atau operasi dari material, (3) bentuk atau produk informasi yang telah diproses. Model pemikiran Guilford tentang teori intellifensi multifaktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Structure of Intellect
Gambar di atas menunjukkan tiga jenis faktor intelek dalam bentuk model kubus. Secara teoritis dari model itu meliputi kategori yang berbeda-beda. Model asli Guilford terdiri dari 120 komponen (ketika komponen perilaku disertakan) karena ia tidak memisahkan content figural menjadi content auditori dan visual, dan juga tidak memisahkan memori ke memori recording dan memori retensi. Ketika dia memisahkan content figural menjadi auditori dan visual, modelnya meningkat menjadi 5 x 5 x 6 = 150 kategori. Ketika Guilford memisahkan fungsi memori menjadi memori recording dan memori retensi, modelnya akhirnya meningkat menjadi 180 faktor (5 content x 6 operations  x 6 product = 180 faktor). Model ini mengungkapkan  bahwa inteligensi individu tidak dapat diukur dengan alat yang hanya menghasilkan skor tunggal.  Definisi formal dari parameter dan kategori di atas adalah:
1.      Operations - Major kinds of intellectual activities or processes; things that the organism does in the processing of information, information being defined as “that which the organism discriminates”. (Guilford & Hoepfner, 1971: 20). Hal ini diketahui bahwa dimensi operasi merupakan aktivitas intelektual atau proses utama; hal-hal yang organisme lakukan dalam pengolahan informasi.  Dalam dimensi ini ada enam sub-kategori:
a.       Cognition (C) atau kognisi yaitu pendalaman informasi. Aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memhamai informasi. Misalnya mengetahui makan “adil” atau “krisis”;
b.      Retency Memory (M) atau memori retensi yaitu menahan informasi;
c.       Recording memory (M) atau memori recording yaitu proses pengutaraan kembali atau memproduksi kembali informasi;
d.      Convergent Production (N) atau pemikiran konvergen yaitu proses menghasilkan jawaban yang tepat dan benar dari informasi yang telah diketahui dan diingat pada satu arah. Pemikiran konvergen ini bisa juga diartikan proses penggalian informasi khusus secara penuh dari ingatan. Mislanya menemukan kata-kata yang cocok untuk jawaban TTS;
e.       Divergent Production (D) atau pemikiran divergen yaitu proses pikiran terhadap arah yang berbeda-beda dan beraneka ragam dari informasi yang telah ada. Proses divergen ini merupakan proses menghasilkan sejumlah alternatif informasi dari ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah cerita;
f.        Evaluation (E) atau evaluasi yaitu proses pengambilan keputusan atas informasi yang diterima. Di dalam evaluasi ini terjadi memutuskan yang paling baik dan cocok dengan tuntutan berpikir logis.
2.      Contents - Broad, substantive, basic kinds or areas of information. (Guilford & Hoepfner, 1971: 20). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa di dalam isi harus luas, substantive terhadap jenis dasar atau bidang informasi. Di dalam dimensi isi atau konten terdiri dari 5 sub-kategori:
a.       Visual (F) atau isi visual, yang menunjukkan objek-objek konkrit yang langsung diterima (misalnya model-model, bagan, diagram dan sebagainya) atau dengan kata lain visual merupakan informasi yang muncul secara langsung yang diterima oleh mata;
b.      Symbolic (S) atau isi simbolik, yang menunjukkan tulisan; huruf; angka; bentuk-bentuk konvensional dan sebagainya;
c.       Auditory (F) atau isi pendengaran, yang menunjukkan menerima stimulus auditory. Auditory merupakan informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh system pendengaran (telinga);
d.      Semantic (M) atau isi semantik, yang menunjukkan arti ide-ide verbal/kata-kata. Biasanya berhubungan dnegan makna atau arti tetapi tidak melekat pada simbol-simbol kata;
e.       Behavioral (B) atau isi behavioral adalah inteligensi sosial, yang menunjukkan kemampuan untuk menerima dan menginterpretasikan pikiran, perasaan, dan sikap orang lain.
3.      Products - Basic from that information takes in the organism’s processing of it. (Guilford & Hoepfner, 1971: 21). Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa dasar dari informasi diambil dari proses pengolahan organisme itu sendiri.
a.       Units (U) atau unit yaitu pekerjaan mental yang terpisah misalnya kata-kata atau imaginasi khusus;
b.      Classes (C) atau kelas merupakan kelompok-kelompok unit informasi yang ada pada karakteristik umum;
c.       Relations (R) atau relasi yang menunjukkan hubungan unit-unit informasi. Misalnya “lebih tinggi daripada”, “lebih besar daripada”;
d.      Systems (S) atau sistem yang berupa penstrukturan informasi yang kompleks. Tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas;
e.       Transformations (T) atau transformasi menunjukkan perubahan informasi yang ada sebelumnya menjadi informasi selanjutnya. Transformasi dapat juga diartikan sebagai perubahan atau pergantian item informasi;
f.        Implications (I) atau implikasi menunjukkan penunjukkan atau prediksi yang diperoleh dari pengetahuan yang dimiliki sekarang dan diterapkan pada waktu yang akan datang.
Pada tahun 1969, Meeker telah menggunakan model Guilford ini untuk menilai kurikulum dan kemampuan anak. ia yakin bahwa apabila kita membicarakan inteligensi para pendidik harus mempertanyakan: apa itu inteligensi? Bidangnya apa? Kemudian ia menyatakan bahwa apabila anak yang memiliki kemampuan rata-rata gagal belajar maka skor IQ ukuran kegagalan itu.
Model Guilford memberikan suatu jalan untuk mengorganisasikan kemampuan dalam kurikulum. Dalam mengorganisasikan kurikulum sekolah kita dapat menentukan kemampuan-kemampuan mana yang perlu mendapatkan perhatian. Dalam bidang isi, misalnya kita menitikberatkan pada kemampuan semantik dan kemampuan simbolik dengan ketrampilan visual dan behavioral. Dapat juga kita menekankan pada kognisi, memori dan pemikiran, konvergen pada operasi bisa juga semua bidang operasi diambil. Sedangkan pada bidang produk kita mengambil unit dan kelas. Model Guilford memiliki dua efek yang menguntungkan yaitu:
1.      Teori ini merupakan mata rantai studi inteligensi dengan menggunakan pengetahuan tentang belajar, psikolinguistik, pikiran, konsep, dan sebagainya sebagai pembagian tugas intelektual.
2.      Teori ini meliputi bidang-bidang fungsi intelektual yang terlokalisasi dengan sedikit sekali terwakili oleh tes-tes inteligensi standar. Sebagai contoh banyak tes-tes inteligensi yang hanya mengukur pemikiran konvergen yang hanya memiliki jawaban yang benar. Misalnya jika ada pertanyaan, “Apakah Sesuatu yang keras berwarna merah, digunakan untuk bangunna dan tembok?”. Maka hanya ada satu jawaban, “batu bata”. Jika pertanyaan itu dibalik dengan sistem “divergen thinking” maka pertanyaan dapat menjadi, “Bangunan apa yang banyak menggunakan batu bata?”. Tentu jawabannya akan banyak dan akan menciptakan proses kreatif.

  1. Implikasi Teori Guilford
Implikasi teori Guilford dalam bidang pendidikan adalah dalam bidang pengukuran kreativitas. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Guilford (1967) dalam Munandar (2009: 64) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan format tes yang pada umumnya menurut subjek untuk berespon terhadap banyak stimulus (rangsangan), masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek.
Berpikir divergen yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban. Informasi yang diberikan sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir kreatif, meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), orisinalitas (originality), dan elaborasi (elaboration). Macam-macam tes berpikir kreatif dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen terutama digunakan untuk populasi remaja dan orang dewasa, meskipun ada juga untuk anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 Sekolah Dasar. 


Gambar 2. Tes Kreativitas Guilford

Tes kreativitas yang disusun untuk anak-anak terdiri dari 10 sub-tes, kalimat, macam-macam orang, membuat sesuatu, kelompok berbeda, membuat objek, huruf tersembunyi, menambah dekorasi. Lima sub-tes pertama adalah verbal yang lainnya non-verbal. Tes berpikir divergen dari Guilford mempunyai batas waktu, berdasarkan pertimbangan bahwa penentuan waktu adalah penting untuk pengetesan yang cermat. 
Contoh pengukuran kreativitas Guilford diterapkan di Frames of the Budapest Institute for Educational yang memberikan layanan untuk anak berbakat dengan tugas utamanya adalah memberikan konseling untuk orang tua dan program pengayaan untuk anak usia 5-12 tahun. Salah satu Tes Kreativitas Guilford sebagai berikut, masing-masing berisi gambar yang belum selesai. Tugasnya adalah menyelesaikan gambar-gambar ini dan memberi judul gambar. Urutan pemecahannya adalah hal berikut (Herkovits, 2007): 
1.      Memberi makna pada garis melalui visualisasi gambar yang telah selesai
2.      Melakukan gambar yang sebenarnya
3.      Menemukan label verbal - judul untuk gambar

Komentar

Posting Komentar