Kognitivisme



A.    BATANG TUBUH KOGNITIVISME
1.      Definisi
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran (the scientific study of mental processes or activities). Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan. Psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.
Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami berbagai pengalamannya sehingga mengandung makna bagi manusia tersebut. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne, 1976: 71).
Teori kognitif menekankan peranan struktur ingatan dan pengetahuan atau skemata terhadap proses penerimaan, pemrosesan penyimpanan, pemanggilan kembali informasi yang telah ada di dalam skemata, atau tidak dapat memanggil kembali skemata yang telah ada di pusat memori atau lupa, selanjutnya menjelaskan proses pengolahan informasi. Dengan demikian, kognitivisme belajar bukan sekedar menjelaskan kegiatan yang berkaitan dengan latihan dan penguatan atau reward, seperti yang menjadi fokus pembicaraan pada pendekatan behaviorisme. Teori kognitivisme dicetuskan oleh beberapa ahli adapun tokoh-tokoh teori kognitivisme yaitu:
a.      Robert M. Gagne
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitif adalah teori pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan symbol informasi yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
2)      Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam system.
a)      Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang.
b)      Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
3)      Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
b.      Jean Piaget
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1)      Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.
2)      Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3)      Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu dan tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
c.       Ausubel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa.
Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu:
menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari, berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari dan dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
d.      Bruner
Sementara Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan :
·         Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya.
·         Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.
Teori-teori kognitif ini juga sarat akan kritik terutama konsep Piaget karena sulit di terapkan ditingkat lanjut. Selain itu beberapa konsep tertentu, seperti intelegensi, belajar dan pengetahuan yang mendasari teori ini sukar dipahami dan pemahaman itu sendiripun belum tuntas.

2.      Konsep Utama
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Kognitivisme meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha individu dalam memaknai pengalaman -pengalamannya yang berkaitan dengan dunia di sekitarnya. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang melibatkan individu secara aktif. Untuk melakukan hal tersebut, seluruh kemampuan mental digunakan secara optimal. Hal ini tercermin dari cara berpikir yang digunakan individu dalam menghadapi situasi tertentu, selanjutnya harapan-harapan yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan mempengaruhi cara ia belajar. Apa yang dipelajari individu sangat tergantum dari apa yang telah diketahuinya. Dengan demikian, pengetahuan yang ada di dalam skemata atau struktur pengetahuan yang tersimpan di dalam memori menjadi dasar untuk mempelajari pengetahuan yang baru.
Kognitivisme dan behaviorisme meyakini bahwa reinforcement atau penguatan merupakan hal yang penting dalam belajar, akan tetapi dalam penerapannya berbeda, behaviorime menggunakan reinforcement sebagai faktor penguat, sedangkan kognitifisme menggunakan reinforcement sebagai feedback atau umpan balik.   
Pada saat ini, teori-teori kognitif lebih banyak digunakan di dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan proses belajar di dalam dan di luar kelas. Para guru yang menerapkan pendekatan pendidikan dan pembelajaran yang berbasis kognitivisme memandang proses pendidikan dan pembelajaran merupakan sesuatu proses aktif dan konstruktif yang melibatkan kemampuan kognitif dari kemampuan awal sampai pada kemampuan yang tinggi. Teori-teori kognitif memberikan penekanan pada cara menstruktur pengetahuan yang di dalam memori atau schemata yang menjadi dasar operasi mental pada waktu kegiatan berpikir berlangsung.
Para ahli psikologi kognitif mengemukakan kekurangan behaviorisme adalah menekankan pengamatan pada perilaku dan mengabaikan pengaruh kognitif, yaitu pengaruh struktur dan proses mental terhadap perilaku manusia. Oleh sebab itu, isu sentral yang menjadi perhatian para ahli psikologi kognitif adalah mekanisme yang berlangsung secara internal didalam pikiran manusia pada waktu manusia berpikir dan proses yang terjadi dalam usaha manusia untuk mengetahui sesuatu yang dipikirkannva. Selanjutnya, para ahli psikologi kognitif berusaha mempelajari dan meneliti hal-hal vang berkaitan dengan struktur mental, khususnya yang berkaitan dengan proses penyimpanan informasi, apa yang disimpan dan proses mental yang terjadi dalam mengorganisasi informasi yang perlu disimpan, proses yang terjadi dalam memanggil Kembali informasi yang telah disimpan dalam melakukan asimilasi dan akomodasi serta ekuilibrium.
Kognitif dan Proses Penerimaan Informasi
Pemrosesan informasi merupakan salah satu bentuk pendekatan berdasarkan kognitivisme Pendekatan ini memandang proses belajar yang terjadi dalam diri individu sebagai suatu proses penerimaan informasi. Hal ini dapat dianalogikan dengan proses vang terjadi dalam komputer. Belajar dimulai dari input yang datang dari lingkungan diterima oleh pancaindera, kemudian diproses dan disimpan di dalam memori dan output dari pembelajaran adalah berbagai kemampuan atau competencies.
Pada dasarnya, proses penerimaan informasi adalah usaha pencarian makna yang dapat menjelaskan hubungan antara observeble stimuli atau stimulus yang ditangkap oleh pancaindra atau input; yang dilihat, didengar, dirasa, dicium, dan disentuh dengan respons atau output yang sesuai.

B.     APLIKASI DALAM PENDIDIKAN DI PAUD
Bertitik tolak dari uraian Piaget tentang perkembangan kognitif maka untuk penerapan teori tersebut di dalam pendidikan, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.       Lingkungan pendidikan sebaiknya menyediakan berbagai kegiatan yang mendorong perkembangan kognitif anak.
2.       Interaksi anak dengan teman-teman sebayanya adalah perlu karena melalui kegiatan bermain, anak akan melakukan berbagai kegiatan positif, seperti melakukan eksplorasi, inquiri, dan menemukan berbagai hal yang baru atau discovery. Semua aktivitas tersebut memperkaya pengalaman empirik, logika-matematika, dan sosial anak.
3.       Dalam proses pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan strategi mengajar yang menghadapkan anak pada peristiwa yang mengandung konflik dan ketidakpastian, sehingga anak akan memiliki kesadaran terhadap konflik dan ketidakpastian sehingga proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium dapat terjadi.
4.       Guru yang menerapkan teori kognitif di dalam proses pembelajaran yang dibinanya perlu menganalisi proses belajar berdasarkan tugas-tugas belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak sehingga anak dapat berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar tersebut melalui berbagai kegiatan eksplorasi, inquiri, dan discovery.
Implikasi teori perkembangan kognitif (teori Piaget) dalam pembelajaran PAUD:
1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.      Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rosda.

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hurlock, Elizabeth B. 1987. Perkembangan Anak Edisi Keenam. (Jakarta: Erlangga

Rita E.I.,dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press.

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktek). Jakarta: Indeks

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

Upton, Penney. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Komentar