Hakikat Kreativitas Seni Drama AUD



A.  Hakikat Kreativitas Seni Drama
1.  Pengertian Seni Drama
Rendra berpendapat bahwa drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata.[1] Harymawan menyampaikan bahwa kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya; dan drama berarti: perbuatan, tindakan.[2]
Endraswara menjelaskan istilah drama juga dikenal berasal dari kata drama (Perancis) yang digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon tentang kehidupan kelas menengah. Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai action. Kata kunci drama adalah gerak. Setiap drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang membedakan dengan puisi dan prosa fiksi.[3] Endraswara menjelaskan bahwa drama ataupun teater adalah pertunjukan yang terjadi pada dunia manusia. Pelaku drama tentu manusia yang pandai berdrama. Berdrama artinya pandai memoles situasi, bisa berminyak air, bisa menyatakan yang tidak sebenarnya, dan imajinatif.[4] Endraswara  juga menjelaskan bahwa drama adalah karya sastra yang disusun untuk melukiskan hidup dan aktivitas menggunakan aneka tindakan, dialog, dan permainan karakter. Drama penuh dengan permainan akting dan karakter yang memukau penonton. Drama merupakan karya yang dirancang untuk pentas teater. Oleh karena itu, membicarakan drama jelas tak akan lepas dari aspek komposisi yang kreatif.[5]
Menururt Sikes, theater is an art form that unclocks what it means to be human. It can reveral the subtle distinctions af character, the complexes of chance and circumstance and the rich tapestry of human thought and action.[6] Teater merupakan proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada), penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Menurut Wood dan Attfield, drama adalah proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh, meniruh gerak pembicaraan perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan, penggunaan pengalaman yang selalu serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu lakuan, dialog, monolog, guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian cerita cerita tertentu.[7]
Benhart menyatakan bahwa drama adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang disajikan dalam dialog atau pantomi, suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama sebagai suatu cerita yang diperuntukkan buat dipentaskan di panggung dramatik.[8] Istilah drama sering dihubungkan dan dianggap sama dengan teater. Sebenarnya istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Teater mempunyai makna lebih luas daripada drama. “teater” adalah pertunjukan, maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.
Selanjutnya keterangan lain yang terdapat dalam Webster’s New Internasional Dictionary mengatakan bahwa drama adalah suatu karangan, kini biasa dalam prosa disusun buat pertunjukan dan dimaksimalkan untuk memotret kehidupan atau tokoh suatu cerita dengan gerak dan biasanya dengan dialog yang bermaksud memetik beberapa hal berdasarkan cerita dan sebagainya yaitu lakon.[9] Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teater merupakan drama atau panggung pertunjukan dan segala bentuk tontonan yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh banyak penonton. Sedangkan “drama” merupakan jenis sastra dan drama seni pentas atau pertunjukan. Drama sebagai Jenis Sastra disebut drama naskah. Drama sebagai Seni Pentas berupa perpaduan antara berbagai kesenian, seperti seni tari, musik, lukis, rias, kostum dan suara.

2.  Jenis-Jenis Drama
Drama terbagi menjadi tiga jenis, yaitu drama tragedi, drama komedi, dan melodrama[10] yaitu sebagai berikut :
a. Drama Tragedi
Drama tragedi biasanya mengisahkan seorang tokoh tragis yang memunyai ciri-ciri yaitu sebagai berikut:
1)    Manusia yang memiliki keistimewaan dan berhati mulia. Tokoh ini mulia karena memiliki kemampuan merasa, kemampuan berpikir, luas pengetahuan dan kepekaan terhadap lingkungan lebih dari manusia umumnya.
2)    Meskipun tokoh utama (protagonis) istimewa dan berhati mulia namun memiliki cacat yang akan menyebabkan kesengsaraan dan kejatuhannya serta sukur dihilangkan misalnya terlalu cemburuan, cepat marah, gila kekuasaan, penuh keragu-raguan dalam mengambil keputasannya dan seterusnya.
3)    Jatuhnya tokoh utama ini sampai pada kematiannya disebabkan oleh kesalahanya sendiri dan bukan oleh sebab-sebab dari luar seperti dibunuh dan mendapat kecelakaan.
4)    Kesedihan yang timbul dari tragedi bukan karena kita menyaksikan matinya tokoh yang baik, tetapi justru ketika kita ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh utama waktu menyadari kesalahan dan akibat yang akan menimpanya.
5)    Orang yang begitu baik dan punya kelebihan saja dapat jatuh begitu parahnya apalagi kalau hal semacam itu menimpa kita yang biasa-biasa ini.
6)    Kengerian dan ketakutan ini dapat lenyap dan diganti dengan rasa puas, apabila pembaca atau penonton dapat menyadari bahwa meskipun tokoh utama jatuh dan meninggal namun ia telah berjuang melawan kemalangannya sedikit mungkin.

b. Drama Komedi
Tidak setiap komedi membuat kita tertawa, kadang hanya tersenyum saja. Ada beberapa ciri komedi, yaitu sebagai berikut:
1)    Komedi mengungkapkan dan mencari kelemahan-kelemahan manusia.
2)    Sikap dan kelakuan tokoh-tokohnya dinilai dari aturan-aturan masyarakat yang sedang berlaku. Tokoh-tokoh komedi rata-rata orang kebanyakan yang sedang berlaku. Tokoh-tokoh komedi rata-rata orang kebanyakan dan bukan orang dengan kedudukan terhormat seperti raja dan pangeran.
3)    Jalan cerita tak perlu logis dan berkembang menurut hukum sebab akibat seperti tragedi.
4)    Drama komedi yang ringan, yang romantik, kita menaruh simpati kepada tokoh-tokohnya (yang biasanya dalam percintaan) yang mengalami berbagai hambatan, namun akhirnya menemukan jalan keluarnya dan dengan lancar menuju keperkawinan.

c. Melodrama
Dalam melodrama memiliki ciri-ciri tragedi dan komedi menjadi satu. Beberapa ciri melodrama, yaitu sebagai berikut :
1)    Memegang prinsip moral yang kuat.
2)    Cerita dapat membangkitkan rasa simpati kepada tokoh baik yang sedang mengalami berbagai macam cobaan akibat ulah dari tokoh jahat.
3)    Cerita penuh dengan kejadian yang menegangkan dan di luar dugaan.
4)    Terdapat tokoh lucu atau eksentrik yang dapat menimbulkan ketawa, selain tokoh baik dan tokoh jahat.
5)    Sumber cerita melodrama biasanya kejadian-kejadian yang menggambarkan, dahsyat, baik yang tersebar di surat-surat kabar, maupun dari peristiwa-peristiwa sejarah.

Adapun jenis drama memang tergantung pada penggunaannya, biasanya ada tiga yang sering digunakan di negara kita. Adapun pembagian jenis-jenis drama akan dijelaskan yaitu sebagai berikut :
a. Drama dibedakan berdasarkan penyajian lakon terdiri dari :
1)  Tragedi yaitu sebuah drama yang penuh dengan kesedihan
2)  Komedi yaitu sebuah drama yang menghibur dan penuh dengan kelucuan
3)  Tragekomedi yaitu sebuah drama yang didalamnya terdapat perpaduan antara komedi dan tragedi
4)  Opera yaitu sebuah drama yang percakapan atau dialognya dinyanyikan dengan iringan musik yaitu sebagai berikut :
i.      Melodrama yaitu sebuah drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi musik atau melodi
ii.    Farce yaitu sebuah drama yang nyaris serupa dengan dagelan, namun tidak sepenuhnya dagelan
iii.   Tablo yaitu sebuah drama yang lebih mengutamakan gerak dimana para pelakon drama tidak mengucapkan dialignya tetapi cukup dengan melakukan gerakan-gerakan.
iv.   Sendratari yaitu jenis drama yang menggabungkan antara seni tari dan seni drama
b. Pembagian jenis drama berdasarkan sarana pementasannya terdiri dari:
1)    Drama panggung yakni jenis drama yang dimainkan diatas panggun Drama radio yakni sebuah drama yang tidak bisa diraba dan dilihat, namun bisa didengarkan oleh para penikmat drama.
2)    Drama televisi yakni jenis drama yang nyaris sama dengan drama panggung, namun perbedaannya hanya tidak bisa diraba.
3)    Drama film yakni jenis drama yang menggunakan layar lebar yang biasanya dipertunjukkan di bioskop-bioskop.
4)    Drama wayang yakni jenis drama yang diiringi dengan pagelaran wayang.
5)    Drama boneka yakni sebuah jenis drama dimana para tokohnya diilustrasikan dengan boneka dan dimainkan oleh beberapa orang.
c. Pembagian jenis drama berdasarkan ada dan tidaknya naskah drama terdiri dari :
1)  Drama modern yaitu sebuah jenis drama yang menggunakan naskah dimana drama ini bertolak dari hasil sastra yang tersusun untuk pementasan.
2)  Drama tradisional atau klasik yaitu jenis drama yang tidak menggunakan naskah drama dan drama ini bersumber dari tradisi suatu masyarakat yang sifatnya improvisatoris dan spontan.

Adapun jenis drama berdasarkan ada dan tidaknya naskah drama dapat dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut :
a.  Drama Modern
1)    Konvensional atau sandiwara ialah sebuah drama yang bertolak dari para pelaku atau tokoh drama yang disajikan secara konvensional
2)    Kontemporer atau teater mutakhir ialah sebuah drama yang mendobrak kovensi lama & penuh dengan pembaharuan, penyajian baru, gagasan baru, ide-ide yang baru, juga penggabungan konsep barat dan timur.
b.  Drama Tradisional
1)     Drama wayang seperti wayang golek, wayang kulit, wayang orang dan lain-lain.
2)     Drama rakyat seperti ketoprak dan randai.
3)     Drama tutur yang diucapkan dan belum diperankan seperti dalang jemblung dan kentrung.
4)     Drama bangsawan yang dipengaruhi oleh konsep teater Barat dan ditunjang juga dengan pengaruh tradisi melayu & timur tengah seperti contoh: komedi stambul dan bangsawan.[11]


3.  Bagian Pembantu Drama
Adapun bagian pembantu drama terbagi menjadi sembilan[12] yaitu sebagai berikut :
a.  Babak          : bagian terbesar dalam drama. Dalam babak terjadi adegan-adegan dan babak biasanya ditandai dengan naik turunnya layar.
b.  Adegan        : bagian babak dan sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan rangkaian suasana sebelum atau sesudahnya. Dalam setiap adegan tidak selalu terjadinya pergantian setting atau dekor.
c.  Prolog          : kata pendahuluan sebagai pengantar untuk memberikan gambaran umum tentang pelaku, konflik atau hal yang terjadi dalam drama.
d.  Dialog          : percakapan antara dua orang atau lebih. Dialog merupakan hal yang penting dalam drama. Dalam drama harus ada penjiwaan emosi dan juga dialog disampaikan dengan pengucapan kata serta volume suara yang jelas.
e.  Monolog      : percakapan seorang pelaku dengan dirinya sendiri. Dengan monolog kita akan mengetahui persoalan yang dialami seorang tokoh
f.   Epilog                      : kata penutup yang mengakhiri suatu pementasan drama. Epilog berguna untuk merumuskan isi pokok drama.
g.  Mimik           : ialah ekspresi gerak-gerik air muka untuk menggambarkan emosi yang sedang dialami pelaku.
h.  Pantomim    : gerak-gerik anggota badan dalam menggambarkan suatu emosi yang sedang dialami pelaku.
i.    Pantomimik : gerak-gerik anggota yang dipadukan dengan ekspresi air muka dalam menggambarkan suatu situasi yang diperankan pelaku.
4.  Unsur-Unsur Lakon Drama
Adapun unsur-unsur lakon drama terbagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
a.     Tema          : pikiran pokok yang mendasari lakon drama.
b.     Plot             : rangkaian peristiwa atau jalan cerita drama.
c.      Bahasa      : bahasa sebagai bahan dasar diolah untuk menghasilkan naskah drama. Karena itu, penulis lakon harus mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan bahasa.
d.     Setting       : tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan.
e.     Amanat      : pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang dapat dilihat dalam bentuk drama pementasan.
f.          Dialog     : jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan para pemain.
g.     Karakter     : karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama.
h.     Interpretasi: penulis lakon selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat sebagai sumber gagasan dalam menulis cerita. Lakon drama sebenarnya adalah bagian kehidupan masyarakat yang diangkat ke punggung oleh para seniman. Oleh karena itu apa yang ditampilkan di panggung harus bisa dipertanggungjawaban terutama secara nalar.[13]
Unsur intrinsik drama jika dibandingkan dengan unsur intrinsik fiksi, maka unsur intrinsik drama dapat dikatakan kurang sempurna. Di dalam drama tidak ditemukan adanya unsur penceritaan sebagaimana terdapat dalam fiksi. Motif di dalam drama menjadi penting karena aspek ini sudah menjadi perhatian pengarang sewaktu karya drama ditulis. Meskipun dalam menulis pengarang dapat mempergunakan kebebasan daya cipta yang dimilikinya, dia tetap harus memikirkan kemungkinan dapat terjadinya laku (action) di pentas. Faktor laku merupakan wujud lakon, dan pembebasan merupakan landasannya. Dalam fiksi unsur pemaparan dan pembebasan merupakan sarana ampuh pengarang dalam mengembangkan daya imajinasinya dalam bentuk satuan-satuan peristiwa, sedangkan dalam drama tidak akan terjadi kecuali para tokoh memaparkan dan berbicara langsung kepada pembaca atau penonton. Drama merupakan sastra yang unik karena bukan hanya melibatkan aktor, melainkan juga melibatkan berbagai seniman. Selain itu tontonan drama juga mengandung banyak unsur. Unsur-unsur tersebut saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan dari keutuhan drama.[14]

5.  Keuntungan Bermain Kreatif Drama Untuk Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Dorothy dan Jerome Singger terdapat beberapa keuntungan bermain kreatif drama untuk perkembangan anak[15] yaitu:
a.  Perkembangan Bahasa
Dapat mengembangkan bahasa lisan dan menambah kosa kata anak. Selama periode kritis dalam pembelajaran bahasa, anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk melakukan berbicara memperbanyak kata-kata mereka dan mendengarkan kata-kata lainnya. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mengikuti program drama kreatif, memiliki, mempunyai keuntungan bahasa dan juga dapat berkomunikasi secara verbal. Bahasa lisan adalah suatu elemen esensial dalam perkembangan kognitif selama 8 tahun pertama dalam kehidupan, dan menyediakan dasar perkembangan keaksaraan termasuk membaca dan menulis. Drama adalah alat yang efektif, drama telah berdampak positif dalam perkembangan bahasa lisan pada anak-anak.
b.  Berbicara dilakukan tanpa Persiapan
Drama kreatif fokus pada penggunaan bahasa anak. Walaupun anak-anak tetap peduli dalam unsur-unsur cerita, mereka memilih kata-kata, sikap, dan suara yang akan mereka gunakan dalam kejadian dalam drama tersebut. Interaksi spontan ini memerlukan pendengaran anak untuk mendengarkan karakter lain yang diperankan oleh anak lain dan memikirkan bagaiamana mereka akan meresponnya. Manfaat kemampuan ini dapat digunakan dalam bermain bermain drama dan pengalaman hidupnya. Anak-anak dan orang dewasa jarang melakukan persiapan bicara. Tetapi mereka sering mengungkapkan ide-ide mereka dan pendapat serta partisipasi dalam diskusi.
c.   Perkembangan Sosial dan Emosional             
Sesuatu kekuatan drama kreatif adalah memberikan kesempatan untuk kerja kelompok kecil. Dalam drama, interaksi dan komunikasi anak untuk mengkomunikasikan ide-idenya, membayangkan dan beraksi. mereka mengatur setiap adegan yang akan mereka lakukan, mereka juga bernegosiasi dan bekerjasama. Melalui aktivitas improvisasi, anak-anak mulai menyesuaikan diri pada reaksi dalam kelompok. Kemampuan mereka berkembang pada reflek dan pikiran mereka.
d.  Mengembangkan Imajinasi
Untuk bekerja secara kreatif seseorang harus dapat menggunakan imajinasinya. Hal itu dibutuhkan untuk berpindah pengalaman pada hari itu dan dalam situasi proyek lain serta berbeda orang. Drama kreatif dan membuat permainan memberikan kesempatan untuk pengembangan imajinasi anak membuat seolah-olah, pemecahan masalah, dan spontan respon. Melewati drama imajinasi dapat menjadi stimulus dan dapat membahagiaan anak. Walupun anak-anak belajar melalui pengalaman, drama menyediakan jalan untuk beberapa untuk mengeksplor macam-macam perasaan, peraturan respon dan pendekatan kreatif (MCK Cashlin, 1990).


[1] Rendra. Tentang Bermain Drama. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993). h. 97
[2] RMA, Harymawan. Dramaturgi. (Bandung: Rosda, 1988). h. 2
[3] Suwardi, Endraswara. Metode Pembelajaran Drama. (Yogyakarta: FBS Universitas Negri Yogyakarta, 2011). h. 11
[4] Ibid. h. 264
[5] Ibid. h. 265
[6] Michael Sikes. Building Oarent Involvment Through The art. (Corwin Press,  2007).
h. 45
[7] Sanjana. Peran Pendidikan Seni Dalam Pembangunan (Jakarta: Kencana, 2010). h. 60
[8] Henry Guntur Tarigan. Metode Pengembangan Seni Karya Pekerti. (Bandung: Angkasa  1984). h. 7
[9] Ibid., h. 71
[10] Hadi. Jenis-jenis Drama. http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/jenis-jenis-drama-dan-penjelasannya.html yang di akses pada tanggal 30 April 2015, pukul 18.30 WIB

[11] Hadi. Jenis-jenis Drama. http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/jenis-jenis-drama-dan-penjelasannya.html yang di akses pada tanggal 30 April 2015, pukul 18.30 WIB
[12] Ahmad Badrun. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). (Surabaya: Usaha Nasional, 1983). h. 27
[13] Wiyanto. Keterampilan Bermain Drama. (Jakarta: Grasindo, 2005). h. 23
[14] Hasanudin. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. (Bandung: Angkasa, 1996). h. 75
[15] Isabell T. Rebecca and Shirley C. Raines, 2007. Op.cit. h. 248

Komentar