Semua anak mempunyai
potensi dalam musik. Namun seberapa besar musik dapat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan anak itu ditentukan oleh rangsangan lingkungan sekitar
terutama orang tua. Tetapi seringkali para orangtua menganggap seni musik
merupakan suatu aspek kreativitas anak dan dianggap sebagai bagian yang tidak
penting bagi kecerdasan anak. Padahal kreativitas berpengaruh luar biasa
terhadap kecerdasan. Berdasarkan
pemaparan mengenai pentingnya pengetahuan dan pemahaman kecerdasan musikal,
maka penulis memaparkan tentang kecerdasan musikal dan
pengembangannya.
A. Pengertian Anak Usia
Dini
Menurut
penjelasan Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 anak usia dini adalah anak
yang sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.[1] Disisi lain National Association for the Education of
Young Children (NAEYC) menyatakan anak usia dini adalah anak usia dini
adalah anak yang berada pada rentang usia 0 - 8 tahun.[2] Yuliani mengemukakan bahwa
anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.[3]
Pada
pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi
anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan buka merupakan prasyarat untuk
mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Tentang Sistem pendidikan nasional
ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.[4]
Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu.
Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai
agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional.[5]
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa anak usia dini merupakan anak yang
berada pada rentang usia 0 - 6 tahun yang berada pada periode
perkembangan paling baik dimana 80% otak anak berkembang.
B.
Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan
sudah dimiliki sejak manusia lahir dan terus menerus dapat dikembangkan hingga
dewasa. Pemahaman mengenai kecerdasan yang dimiliki
manusia dalam konteks belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena itu,
kajian tentang kecerdasan manusia perlu dikemukakan. Menurut Gardner dalam Eveline
dan Hartini kecerdasan
diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk
dalam suatu setting yang beragam
dalam situasi yang nyata.[12]
Gardner dalam
Yuliani menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah, menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan
budaya masyarakat. Secara lebih terperinci bahwa kecerdasan merupakan:
kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau menyumbangkan
pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya, sebuah perangkat keterampilan
menemukan atau menciptakan bagi seseorang dalam memcahkan permasalahan dalam
hidupnya, potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang
melibatkan penggunaan pemahaman baru.[13]
Yuliani dan Bambang Sujiono menyatakan bahwa kecerdasan merupakan
kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Tingkat kecerdasan dapat
membantu seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul dalam
kehidupannya. Kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang
dapat dijadikan modalisasi dalam belajar. Kecerdasan bagi seseorang memiliki
manfaat yang besar selain bagi dirinya sendiri dan juga bagi pergaulannya di
masyarakat. Melalui tingkat kecerdasan yang tinggi seseorang akan semakin
dihargai di masyarakat apalagi apabila ia mampu berkiprah dalam menciptakan
hal-hal baru yang bersifat fenomenal. [14]
Menurut Gardner
dalam Eveline dan Hartini, suatu kemampuan disebut kcerdasan jika:
1. Menunjukkan
suatu kemahiran dan keterampilan seseorang dalam memecahkan persoalan dan
kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.
2. Ada
unsur pengetahuan dan keahlian.
3. Bersifat
universal harus berlaku bagi banyak orang.
4. Kemampuan
itu dasarnya adalah unsur biologis, yaitu karena otak seseorang, bukan terjadi
sesuatu karena latihan.
5. Kemampuan
itu sudah ada sejak lahir, meski didalam pendidikan dapat dikembangkan.[15]
Adapun
pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner dalam Evelin adalah:
1. Manusia
memiliki kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya.
2. Kecerdasan
selain dapat berubah dapat juga diajarkan kepada orang lain.
3. Kecerdasan
merupakan realitas majemuk yang muncul dibagian-bagian yang berbeda pada sistem
otak atau pikiran manusia.
4. Pada
tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh, bermakna,
dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan manusia
bekerja bersama-sama.[16]
Ada sembilan kecerdasan yang patut diperhitungkan secara
sungguh-sungguh sebagai cara berpikir yang penting. Kesembilan kecerdasan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kecerdasan linguistik
2. Kecerdasan logis-matematis
3. Kecerdasan spasial
4. Kecerdasan musikal
5. Kecerdasan naturalis
6. Kecerdasan kinestetik
7. Kecerdasar intrapersonal
8. Kecerdasan interpersonal
9. Kecerdasan spritual
Manusia memiliki berbagai kecerdasan yang terdapat dalam
dirinya, hanya tidak semua kecerdasan tersebut dapat berkembang sehingga
menjadi keunggulan dari dirinya. Perbedaan individu dalam kemampuan bawaannya
menyebabkan setiap individu memiliki satu atau dua kecerdasan kecerdasan yang
dapat diunggulkan dalam dirinya. Kecerdasan tersebut apabila ditumbuhkembangkan
secara optimal akan dapat menjadi unggulan bagi anak tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang.
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya
(beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan
kecerdasan majemuk (multiple intelegensi). Dalam
makalah ini yang akan dibahas secara mendalam adalah mengenai kecerdasan musikal.
C.
Pengertian
Kecerdasan Musikal
Menurut Yuliani Sujiono kecerdasan musikal yaitu kemampuan menangani
bentuk-bentuk musikal dengan cara memersepsi (penikmat musik), membedakan (kritik
musik), menggubah (komposer), mengekspresikan (penyanyi).[17]
Amstrong dalam Yuliani dan
Bambang Sujiono berpendapat bahwa kecerdasan musikal ialah kemampuan memahami
aneka bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus
musik), mengubah (komposer), dan mengekspresikan (penyanyi). Kecerdasan ini
meliputi kepekaan pada irama, pola titik nada pada melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu.[18]
Eveline dan Hartini
menyebutkan ciri utama kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk menyerap,
menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Kecerdasan musikal juga dimiliki
orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti
irama musik dapat mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman
tertentu.[19]
Gardner dan banyak ilmuwan lainnya meyakini bahwa kecerdasan musikal adalah pusat
pengalaman manusia dan merupakan awal dari munculnya kecerdasan individu. Gardner menyebut kecerdasan musikal ini dengan
istilah musical/ rhythmic intelligence. Situmorang menyatakan bahwa kecerdasan musikal
adalah kemampuan mengekspresikan berbagai bentuk musik, membedakan, mengubah dan mengekspresikannya.[20]
Kecerdasan ini peka terhadap irama, pola nada atau melodi dan warna nada suara
suatu lagu.
Berdasarkan pendapat para
ahli diatas disimpulkan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk
menghasilkan dan mengapresiasi musik. Kemampuan ini meliputi menyanyi, bersiul,
memainkan alat-alat musik, mengenal pola-pola nada, membuat komposisi musik,
mengingat melodi, memahami struktur dan irama musik.
Adapun
gambar mengenai kecerdasan musikal dalam belahan otak manusia dapat dilihat
pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Belahan Otak Manusia
Amstrong
mengemukakan ciri kecerdasan musikal dalam kehidupan sebagai berikut:[1]
1.
Jika bernyanyi, suara terbilang merdu.
2.
Dapat membedakan mana nada yang benar dan mana nada yang
fals.
3.
Sering mendengarkan musik atau menonton acara-acara musik di
televisi
4.
Sering menggumamkan nada lagu yang sedang banyak diputar di
radio atau televisi.
5.
Mudah mengikuti irama yang dimainkan dengan alat musik
perkusi sederhana.
6.
Dapat memainkan minimal satu alat musik.
7.
Mudah menghafal materi pelajaran jika dihubungkan dengan
lagu atau musik.
8.
Senang bermain tebak judul lagu.
9.
Unggul pada mata pelajaran seni musik.
10. Bercita-cita menjadi seorang
penyanyi atau musisi.
Adapun ciri-ciri siswa yang
memiliki kecerdasan musik yang baik menurut Gunawan adalah :
1. Mendengarkan dan memberikan respon dengan
2. Minat yang besar terhadap berbagai jenis suara
3. Menikmati dan mencari kesempatan untuk bisa
mendengarkan music atau suara alam
4. Mengerti nuansa dan emosi secara terampil untuk
rekaman maupun dalam bentuk tulisan/cetak
5. Mampu bernyanyi atau bermain alat musik
6. Menggunakan kosakata dan notasi musik
7. Senang melakukan improvisasi dan bermain dengan suara
8. Mampu menciptakan komposisi musik
9. Mampu melakukan analisis dan kritik terhadap suatu music
10. Tertarik menerjuni karier sebagai penyanyi, pemain
musik, produser, guru musik, konduktor atau teknisi musik.
Rangsangan kecerdasan
musikal pada AUD dapat diterapkan bersama-sama dengan rangsangan pengembangan
berbagai aspek. Dalam hal
ini, musik dipergunakan sebagai media pendidikan dan
pengembangan aspek-aspek perkembangan dalam diri anak. Hal-hal yang dapat
dilakukan guru antara lain adalah sebagai berikut:[2]
- Memperkenalkan tarian, gerak bebas diiringi musik (musikal & kinestetik)
- Memperkenalkan bentuk angka melalui lagu-lagu : “Satu-satu” (musikal & matematis)
- Bercerita dengan iringan musi. (musik, likngustik & Intrapesonal)
- Memperkenalkan bunyi-bunyi naturalis seperti suara binatang : burung, suara gemericik air, (musikal & naturalis)
- Memperkenalkan seni berbicara seperti seni berucap salam, seni menyapa, seni meminta pertolongan. Guru menjadi model bagaimana menggunakan irama dalam berbicara (musikal & linguistik)
- Bernyanyi sambil bergandeng tangan, dibuat melingkar, sambil menggerakkan kaki dan kepala bersama-sama (musikal, kinestetik, & interpersonal)
- Bermain balok berwarna, mengelompokkannya, sambil bernyanyi atau bersenandung (musikal, visual & kinestetik)
- Berjalan sambil bertepuk tangan berirama (musik & kinestetik)
- Berlatih senam si buyung (musik & kinestetik)
Semua jenis kecerdasan,
meskipun memiliki lokalisasi sendiri dalam otak, perlu distimulasi secara
bersama-sama. Proses pengenalan musik akan melibatkan banyak daerah di otak. Di otak terdapat
pusat asosiasi penglihatan
dan pendengaran yang berfungsi mengartikan obyek yang dilihat dan didengar.
Informasi dari pusat yang berada di permukaan otak tersebut akan diteruskan ke
pusat emosi yang diatur di dalam sistem limbik.
Dari pusat
pengatur emosi ini perasaan sedih timbul oleh rangsangan musik dengan kunci
minor dan tempo perlahan. Emosi sedih membawa dampak perubahan fisiologi tubuh
berupa denyutan jantung yang lebih lambat, tekanan darah meningkat, serta
peningkatan suhu tubuh. Sebaliknya musik dengan kunci major dan tempo cepat
akan membawa perasaan bahagia diikuti
pernapasan yang lebih cepat.
Gambar 2.2
Fungsi Otak
Gambar-gambar diatas adalah gambar yang menjelaskan bahwasanya
kecerdasan musikal itu diatur oleh otak bagian kanan. Menurut Satrianingsih
musik klasik dapat memberikan rangsangan pada bayi karena kaya komponen suara
atau beragam alat musik yang tergabung di dalamnya.[1] Stimulasi musik klasik ini bisa
mulai diberikan sejak janin berusia empat bulan. Pada masa ini janin sedang
membentuk sel-sel otak, dan syaraf janin sudah memberikan respons pada
stimulasi suara.
Mengenai kecerdasan musikal yang menjadi bagian dari
teori kecerdasan majemuk menegaskan kepada kita bahwa manusia memiliki aspek
yang tidak kalah penting untuk dikembangkan. Aspek penting ini adalah
kecakapannya dalam memahami musik atau menciptakan musik.
Kemampuan musikal ini dapat dimiliki
oleh manusia terentang mulai dari tingkat pemula hingga tingkat hebat. Manusia
dapat mempelajari kemampuan ini, mengasahnya, atau melipat-gandakannya. Semua
itu demi menghadirkan pribadinya secara utuh.
Dalam konteks negara kita,
kecerdasan musikal akan banyak bermanfaat jika dikembangkan di sekolah-sekolah.
Hal ini mengingat musik dapat menenangkan jiwa yang sedang resah. Seperti yang
diungkapkan Louise bahwa musik telah menciptakan pendekatan langsung yang
sederhana untuk pencarian pikiran-bawah-sadar paling dalam untuk membebaskan
diri kita dari sakit dan penderitaan yang disebabkan penyalahgunaan, terorisme,
diabaikan, ditinggalkan, dan rasa ketagihan.[2]
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan musik melibatkan banyak daerah di otak. Kecerdasan
musikal merupakan bagian dari teori kecerdasan majemuk yang tidak kalah penting
untuk dikembangkan.
D.
Pengembangan Kurikulum Kecerdasan Musikal Anak Usia
Dini
Kurikulum pengembangan kecerdasan
musikal dirancang berdasarkan PERMENDIKNAS No. 58 tahun 2009, kurikulum 2013,
dan kurikulum terpadu dalam Seefeldt & Wasik.
Tabel 2.1
USIA
|
INDIKATOR KOMPETENSI
|
STIMULASI
|
0 – 1 TAHUN
|
· Memperkenalkan
bunyi-bunyi naturalis
· Menikmati dan mendengarkan
musik
· Menggerakkan kepala
|
· Anak diperkenalkan bunyi-bunyian dari alam (suara hewan, gemericik
air, hembusan angin, daun-daun, hujan, petir)
· Anak diperdengarkan musik &
lagu-lagu anak
· Anak diperdengarkan musik &
lagu-lagu anak
|
1 – 2 TAHUN
|
· Bertepuk tangan
· Bergerak bebas sesuai
irama musik
· Bernyanyi dengan
bimbingan orang tua/ pengasuh
|
· Anak diajak bernyanyi sambil
bertepuk tangan
· Anak diajak bergerak sesuai
dengan irama musik
· Anak diajak
bernyanyi bersama
|
2 –4 TAHUN
|
· Menggerakkan kepala, tangan,
kaki sesuai
irama musik/ritmik
· Bergerak bebas sesuai
irama musik
· Menyanyikan beberapa
lagu anak-anak
|
· Anak diajak senam, bergerak sesuai irama musik
· Anak diperdengarkan lagu dan bergerak bebas
· Anak diajak
bernyanyi lagu anak-anak
|
4-6 TAHUN
|
· Menyanyikan 1-20 lagu anak-anak
· Menari sesuai irama musik
· Memperkenalkan not angka
· Bercerita dengan iringan musik
· Menciptakan alat musik perkusi
|
· Anak diajak menyanyikan berbagai macam lagu anak-anak
· Anak diajak menciptakan gerakan tarian sederhana sesuai irama musik
· Anak diajak bermain alat musik sesuai ketukan
· Anak diajak bermain drama musikal
· Anak diajak menciptakan alat musik/ bunyi dari berbagai benda (botol
yang diisi biji-bijian)
|
Adapun penilaian untuk kecerdasan musikal anak usia
dini menurut penelitian Sparkler adalah seperti prosedur penilaian prasekolah pada umumnya, pada dasarnya melihat bagaimana anak bisa menyanyi
selaras, mendengarkan dengan seksama,
dan mengenali catatan yang salah dalam sebuah lagu. Kegiatan
penilaian ini memerlukan beberapa
jenis alat musik dan
mampu memilih lagu anak pada instrumen
yang tersedia. Adapun langkah-langkah penilaian, yaitu:[3]
(1)Begin the activity with a "pretend" birthday party,
complete with a little cake and candles. Coax the child to sing "Happy
Birthday" with you as you sing softly. Listen carefully to see if the
child conquers the "stretched" intervals on "to you" and the
big stretch on "Happy birth- day dear —." (2)Have the child sing a
favorite song learned from a CD, tape, TV show, or elsewhere. Again, listen for
pitches that extend beyond simple steps up and down to see if the child's range
is wider than five or six pitches. How many pitches seemed "out of
tune" to you?(3)Ask how quickly the child can recognize a well-known tune
(Name That Tune). As you play "Mary Had a Little Lamb" fairly slowly,
see how many notes you play before the child recognizes the tune. (4)Now ask
the child to raise a hand when there are wrong notes in the tune. Play
"Mary Had a Little Lamb" several times, with a wrong note in some
performances and correctly at least once. Did the child hear the wrong notes?
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa
langkah-langkah dalam penilaian kecerdasan musikal yaitu:
1.
Mulailah aktivitas dengan "berpura-pura" pesta ulang tahun, lengkap dengan kue kecil dan lilin.
Membujuk anak untuk menyanyikan lagu "Happy
Birthday" dan
mengajak bernyanyi bersama dengan lembut.
Dengarkan dengan cermat
apakah ada jarak
antara “Happy birth-day dengan “to you”.
2.
Ajak anak untuk belajar menyanyikan lagu favoritnya
dari CD, kaset, acara TV, atau
di tempat lain. Lalu,
mendengarkan
tempo nada dari yang lambat ke tempo nada yang cepat.
Kemudian menilai berapa banyak anak
yang menyanyi dengan tempo nada yang tidak
selaras.
3.
Tanyakan seberapa cepat anak dapat mengenali sebuah
lagu yang sedang
diperdengarkan. Ketika Anda
bermain "Mary Had a Little Lamb"
cukup lambat, melihat berapa banyak
catatan yang Anda bermain sebelum anak mengenali lagu.
Da berapa banyak anak yang dapat mengenali lagu
tersebut.
4. Sekarang
minta anak untuk mendengarkan kembali lagu tersebut tetapi dengan
beberapa nada yang salah dan beberapa nada yang benar.
Disini kita
melihat apakah ada anak yang mengenali letak nada yang salah pada lagu
tersebut.
[1] Satrianingsih. Pengaruh Musik Terhadap Perkembangan
Kecerdasan Emosi Anak usia TK.
Tugas akhir ini tidak diterbitkan. (Universitas Negeri
Semarang, 2006), h. 42
[3]
Sparkler. Talent As Musical Intelligence (Oxford University Press, 2013), www.e-resources.pnri.go.id. Diakses pada tanggal
19-10-2014 jam 10.45 WIB.
[1] Thomas Amstrong. Setiap Anak
Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple
Intelligence-nya. 2002. (Alih Bahasa: Rina Buntaran). Jakarta:
Gramedia Pustaka. Hlm 14
[2] Tadkiroatun
Musfiroh, Kecerdasan Musikal dan Stimulasinya Pada Anak Usia 0-5 Tahun
(Jakarta: Depdiknas, 2010)., h. 4
[1]Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 203 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 28 Ayat 1
[4] STANDAR PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI (PERMENDIKNAS NO. 58 TAHUN 2009), h.1
[5]Ibid.
[6]http://adhimaswidayat.blogspot.com/p/supervisi.html.diakses
pada tanggal 18-10-2014.13:13.
[7]Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
), h.19.
[8] Yuliana Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jakarta: PT.Indeks,
2011), h. 207.
[9] Munir, Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), h.
28-29.
[10] Hilda L. Jackman, Early Education
Curriculum:A Child’s Connection to the World,Fifth Edition.(USA:Nelson
Education,2012), h.6.
[12] Eveline Siregar dan
Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
h. 99
[13] Yuliani Sujiono. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta:
Indeks, 2009), h. 176
[14] Yuliani dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: PT. Indeks,
2013), h. 48
[15] Eveline Siregar dan
Hartini Nara. Teori Belajar dan
Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) h. 99
[16] Ibid., h. 99
[17] Yuliani Nuraini Sujiono.Metode
Pengembangan Kognitif. (Jakarta: Universitas Terbuka), h.6.24.
[18] Yuliani dan Bambang
Sujiono. Bermain Kreatifitas Berbasis Kecerdasan Jamak. (Jakarta:
Indeks, 2010), h.60.
[19]Eveline Siregar dan
Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran.(Bogor: Ghalia Indonesia,2010)h.100.
[20] R.
Situmorang. Strategi Pembelajaran
Berbasis Multiple Inteligence untuk Pencapaian Kompetensi
dalam Pembelajaran. (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2004)
h.64.
Komentar
Posting Komentar