A. Teori dan Implikasi Orientasi
Psikologi Pendidikan di PAUD
1.
Teori
Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan salah satu dari
cabang psikologi. Untuk membahas psikologi pendidikan, sebelumnya akan dibahas
apa arti pendidikan. Menurut undang-undang di Indonesia, pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang (UU
Republik Indonesia No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pendidikan
mengembangkan berbagai potensi, yang secara luas melibatkan aspek fisik dan
psikis pada manusia. Ini menunjukkan bahwa psikologi dan pendidikan merupakan satu hubungan yang sangat penting dalam
konteks pertumbuhan dan perkembangan manusia. Hubungan antara psikologi dan
pendidikan kemudian melahirkan cabang ilmu baru yang dikenal dengan psikologi pendidikan. Oleh
karena itu, psikologi pendidikan kemudian memfokuskan diri dalam mengamati
berbagai tingkah laku yang terkait dengan mendidik, belajar dan mengajar.
George J Mouly, mengemukakan: “To the extent that
psychology is the science most directly concerned with the study of behavior,
it must necessarily supply the major part of the scientific of foundation of
educational practice. In fact, psychology can contribute to every aspect of
educational practice through the clarification of the nature learner, of the
larning process, and of the role of the teacher”.
Pendapat Mouly di
atas menjelaskan bahwa psikologi sangat membantu di dalam memahami struktur dan
berbagai aspek psikologi dari para peserta didik sehingga proses pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif. Pandangan ini menegaskan arti penting psikologi dalam
dunia pendidikan. Dewasa ini, psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang vital dalam
praktek pendidikan, mulai dari interaksi guru
dan murid, pemilihan bahan dan metode mengajar yang tepat, memacu perkembangan
fisik dan mental anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lain-lain.
Kaitannya dengan pembelajaran, maka psikologi pendidikan sangat membantu
kelancaran proses pembelajaran, di antaranya:
1. Membantu guru dalam membuat disain instruksional
2. Disain instruksional adalah suatu rancangan
untuk melaksanakan proses belajar mengajar, yang berisi rancangan untuk
menentukan isi materi, tujuan yang hendak dicapai, bagaimana proses, serta
evaluasi yang tepat.
3.
Membantu
guru di dalam “memahami” anak didik
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
psikologi pendidikan merupakan aplikasi/penerapan dari hasil-hasil penelitian
psikologi di bidang pendidikan dan merupakan suatu ilmu yang mempelajari secara
sistematik perkembangan anak didik dalam situasi pendidikan.
Psikologi Pendidikan merupakan aplikasi/penerapan
dari hasil-hasil penelitian psikologi di bidang pendidikan dan merupakan suatu
ilmu yang mempelajari secara sistematik perkembangan anak didik dalam
situasi pendidikan. Arti perkembangan
disini bukanlah dalam pengertian perkembangan kronologis-biologis tetapi
perkembangan dari intervensi pendidikan yang diberikan.
Kalau kita melacak sejarah Psikologi Pendidikan,
maka Psikologi Pendidikan sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Beberapa
ahli yang memberikan andil dalam perkembangan Psikologi Pendidikan (baik dari
filsafat, pendidikan maupun psikologi) antara lain :
1.
Democritus, filsuf pertama yang
menekankan pentingnya pengaruh lingkungan dan suasana rumah terhadap
perkembangan kepribadian seseorang sehingga lingkungan dan suasana rumah perlu
dibina sebaik mungkin agar suasana kondusif (menguntungkan) bagi perkembangan
anak.
2.
Plato & Aristoteles, mengembangkan
sistem pendidikan berdasarkan pada prinsip-prinsip psikologi. Mereka menulis
tentang model-model pendidikan yang diperuntukkan bagi kelompok masyarakat yang
berbeda-beda.
3.
Aristoteles adalah tokoh yang idenya
berkembang menjadi Psikologi Daya. Dalam psikologi Daya ada 3 kekuatan
/komponen dalam jiwa manusia yang ketiganya saling bergantung satu sama lain.
Ketiga komponen tersebut disebut sebagai:
a.
Penalaran/Pengertian/Kognitif/Cipta
b.
Perasaan/Emosi/Afektif/Rasa
c.
Kehendak/Will/Konasi/Karsa
Psikologi
Daya mempunyai pengaruh yang cukup besar
dalam pelaksanaan pendidikan yang melahirkan teori pendidikan yang secara
popular dikenal sebagai teori discipline
formal (sesuai dengan nama teorinya, maka psikologi daya menekankan pada
pendisiplinan jiwa dalam proses pengajaran dan pendidikan serta berorientasi
pada subject matter oriented (bahan
pelajarannya) dan bukan child/subject
oriented (orientasi pada individu/subjek pendidikan).
4.
John Amos Comenicus, orang pertama yang
melakukan penyelidikan ilmiah terhadap anak. Ia mengatakan bahwa anak adalah
individu yang sedang berkembang, oleh karena itu dilihat dalam bentuk dan
karakternya sebagai “anak” dan tidak sebagai “miniatur orang dewasa”.
5.
Rousseau (seorang penganut Naturalis),
mendasarkan ide-ide pendidikan pada prinsip-prinsip perkembangan manusia. Oleh
karena itu memahami prinsip-prinsip perkembangan adalah penting untuk perlakuan
dalam pendidikan. Selanjutnya ia mengatakan bahwa pada dasarnya, anak adalah
baik. Kalau ia menjadi tidak baik dalam perkembangannya, hal itu semata-mata
disebabkan oleh lingkungan yang tidak baik, karenanya menurut Rousseau di dalam
mendidik anak harus dilakukan pengontrolan secara ketat sampai anak benar-benar siap untuk melawan
pengaruh-pengaruh negatif yang berasal dari lingkungan. Pendapatnya ini
dikemukakan dalam bukunya yang berjudul “Emile”.
6.
John Locke (seorang penganut Empirisme),
secara kritis mengemukakan bahwa ketika
individu lahir dalam jiwanya belum terdapat apa-apa (teori tabula
rasa/kertas putih), tetapi secara potensial, jiwa individu itu sensitif untuk
melakukan impresi terhadap dunia luar dengan melalui senses. Belajar melalui pengalaman dan latihan merupakan sumbangan
terbesar dari John Locke dan tokoh-tokoh empirisme lainnya.
7.
John Heinrich Pestalozzi, dikenal
sebagai tokoh yang menyarankan penyelenggaraan pendidikan yang bersifat
klasikal (rombongan). Ia juga dikenal dengan pendidik yang mencoba mem-psikologi-kan pendidikan serta merombak
program-program pendidikan untuk calon pendidik pada waktu itu yang dinilainya
tidak psikologis.
8.
Pada akhir abad ke-18, para psikolog
seperti Francis Galton, Stanley Hall, mempublikasikan hasil-hasil penelitian
mereka tentang aspek-aspek perilaku individu. Hasil-hasil penelitian ini sangat
membantu bagi pendidikuntuk memahami para anak didiknya.
9.
William James, Cattel, Alfred Binet,
masing-masing memberikan sumbangan sebagai berikut :
a.
William James, dalam bukunya Principles
of Psychology menyarankan untuk
melakukan pendekatan fungsional dalam psikologi (lawan psikologi
structural-Wundt). Fungsionalisme dalam psikologi adalah cara pendekatan yang
mengganggap bahwa kesadaran terhadap gejala-gejala mental adalah hal yang
utama. Dalam mengungkapkan aliran kesadaran tersebut, James meyakini bahwa
proses mental harus dipelajari sebagai proses, bukannya merupakan bagian-bagian
dari kesadaran. Pandangan terakhir inilah yang dominan pada aliran
strukturalisme (Chaplin, 1995).
b.
Cattel, memberikan sumbangan besar dalam
hal individual differences dan
pengukuran mental. Individual differences adalah sembarang sifat atau perbedaan
kuantitatif dalam satu sifat, yang dapat membedakan satu individu dengan
individu lainnya.
c.
Binet, adalah psikologi pertama yang
mengenalkan pengetesan mental/pengukuran intelegensi yang bersifat individual.
Perkembangan Psikologi Pendidikan pada permulaan
abad ke-20 ditandai dengan penelitian-penelitian psikologi yang lebih khusus
yang memberikan dampak besar terhadap teori-teori dan praktik pendidikan.
Tokohnya antara lain adalah Termann, Thorndike dan Jude. Aliran-aliran
Psikologi yang berkembang pada permulaan abad ke-20 yang mempelajari perilaku
dan proses belajar dari sudut pandang yang berbeda-beda, juga telah memberikan
pengaruh terhadap perkembangan teori dan praktek pendidikan, seperti :
Behaviorisme (Watson), Psikoanalisis (Freud) dan Gestalt (Kohler, Koffka).
Teori-teori ini tidak ada yang terbaik karena sifatnya saling
komplementer/melengkapi.
Adapaun orientasi dalam psikologi pendidikan ada
beberapa hal yang perlu diketahui yaitu tahapan perkembangan dan
karakteristiknya. Ada beberapa perkembangan yaitu perkembangan kognitif teori
dari Piaget yang menyatakan bahwa ada tahapan-tahapan perkembangan dalam anak usia
dini dan juga Vygotsky yang menyatakan bahwa pembelajaran didasarkan pada scaffolding dengan berada pada Zone of Proximal Development (ZPD)
dimana anak diberikan stimulus apabila dianggap mampu dan sesuai dengan daerah
yang terdekat dengan kemampuannya.
Perkembangan emosi, emosi
adalah suatu keadaan yang kompleks dapat berupa perasaan/ pikiran yang ditandai
oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Pertumbuhan dan
perkembangan emosi ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Kemampuan
untuk bereaksi secara emosi sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama
perilaku emosi dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi
yang kuat. Guru atau pengajar anak usia dini banyak yang kurang bisa memahami
perkembangan emosi anak. Hal tersebut
sangat disayangkan karena ketika seorang guru kurang bisa memahami perkembangan
emosi anak, maka hal tersebut bisa berdampak kurang baik pada proses
pembelajaran. Untuk itu sangat diharapkan bahwa setiap guru yang mengajar anak
usia dini dapat terlebih dahulu memahami konsep maupun teori tentang
perkembangan emosional anak, sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat
berjalan dengan baik. Tidak hanya pembelajaran, namun diharapkan pula bahwa
anak tersebut akan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya baik
perkembangan emosi maupun perkembangan lainnya seperti fisik motorik, kognitif,
bahasa, moral, dan social.
Perkembangan
moral, dimana moral adalah segala aturan, tata cara baik internal maupun
eksternal yang telah menjadi kebiasaan anggota suatu budaya. Tahapan
perkembangan moral Piaget yaitu, Moralitas heteronom dan Moralitas Otonom,
sedangkan dalam teori kohlberg tentang penalaran moral, situasi hipotesis yang
menuntut orang mempertimbangkan nilai-nilai yang benar dan salah. Pada tingkap
moralitas prakonvensi yaitu tahap 1 dan 2 dimana orang melakukan penilaian
moral demi kepentingannya sendiri. Pada tingkat moralitas konvensi yaitu tahap
3 dan 4 dimana orang melakukan penilaian moral dengan mempertimbangkan orang
lain. Pada tingkat moralitas pasca-konvensi yaitu tahap 5-6 dimana orang
melakukan penilaian moral berdasarkan prinsip-prinsip yang abstrak. Pendidik
harus memahami perkembangan moral anak usia dini agar mencapai perkembangan
yang baik di masa mendatang dan setiap tahapan perkembangan anak dapat berjalan
optimal.
Bahasa merupakan simbol yang berupa ucapan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Perkembangan
bahasa adalah urutan yang dapat diprediksi, proses perkembangan ini mencakup pengiriman dan penerimaan
informasi. Pendidik
harus memahami teori perkembangan bahasa anak agar dalam pencapaiannya mencapai
tujuan yang optimal yang sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing anak.
Selain membahas tentang
tahapan perkembangan juga membahas tentang teori pembelajaran dalam psikologi
pendidikan diantaranya behaviorisme, kognitivisnme, dan konstruktivisme.
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi yang
berpandangan bahwa perilaku seseorang atau anak dapat dibentuk
sesuai keinginan dengan pengkondisian lingkungan tertentu. Oleh karena itu,
apakah anak akan menjadi pilot, menjadi dokter, ataukah akan menjadi sastrawan,
hal tersebut sangat ditentukan oleh lingkungannya, yaitu orang-orang yang
mendidik dan mengarahkan perkembangan anak sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Aplikasi teori Behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran dan
pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia di dalam kelas serta evaluasi pembelajaran. Dalam
behaviorisme, asesmen belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah kegiatan pembelajaran.
Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami
berbagai pengalamannya sehingga mengandung makna bagi manusia tersebut. Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget
meliputi: Tahap sensori motorik
(sensori motor stage/ 0-2 thn), Tahap pra operasional (pre
operational stage/2-7 thn), Tahap operasinal konkret (concrete
operational stage/7-12 thn), dan Tahap operasional formal (formal
operational stage/ 12 tahun ke atas).
Implementasi perkembangan
kognitif Piaget harus dilakukan dengan pendidik harus
mengerti cara berpikir masing-masing anak. Teori belajar kognitif adalah teori
belajar yang lebih mengutamakan proses pembelajarannya dibandingkan dengan
hasil yang dicapai. Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang paling
banyak digunakan di Indonesia. Teori ini merupakan kritik dari teori-teori yang
telah ada sebelumnya seperti teori behavioristik, para tokoh kognitivisme
kurang setuju bahwa belajar hanya proses antara stimulus dan respons yang
tersusun secara mekanistik. Yang terpenting di dalam teori kognitif adalah
insight atau pemahaman terhadap situasi yang ada di lingkungan sehingga
individu mampu memcahkan permasalahan yang dihadapinya dan juga bagaimana
individu berpikir (thinking).
Konstruktivisme menekankan pada keaktifan anak dalam
kegiatan pembelajaran. Pengetahuan yang diperoleh oleh anak merupakan hasil
dari anak sendiri dalam mengkontruksi pengetahuan yang dimilikinya. Jadi, lebih
singkatnya anak membangun pengetahuannya sendiri dari kegiatan yang dilakukan. Salah
satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah peran guru dalam pembelajaran
dengan berlandaskan teori ini adalah lebih pada memfasilitasi kebutuhan anak dalam
proses pembelajaran. Dengan menggunakan cara ini, anak akan lebih mengingat
pengetahuan yang telah diperolehnya karena mereka terlibat langsung dalam
kegiatan dan merekalah yang membangun pengetahuan mereka sendiri. Hal lain yang
tidak boleh dikesampingkan adalah kesiapan dari guru, anak dan orang tua ketika
menerapkan pembelajaran dengan system seperti ini.
Dalam mengaplikasikan semua teori dalam orientasi
psikologi pendidikan ini diperlukan kurikulum dalam pembelajaran pada PAUD. Kurikulum
adalah rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar dibawah
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan. Pembelajaran adalah suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang
dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memberikan bantuan atau kemudahan dalam
proses belajar mengajar sehingga bisa mencapai tujuan belajar. Kurikulum dalam
pembelajaran merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Karena kurikulum adalah program, sedangkan
pembelajaran adalah metode. Keduanya memiliki keterkaitan yang padu. Kurikulum
membahas tentang “what” dan pembelajaran membahas tentang “how”.
Kurikulum lebih merupakan program, rencana, konten, dan pengalaman belajar (learning
experieence), sedangkan pembelajaran lebih merupakan metode, tindak
pengajaran (teaching act), implementasi, dan presentasi. Model kurikulum dalam pembelajaran
terdiri dari empat macam, yaitu antara lain adalah : a) Model Dualistis, b)
Model Berkaitan; c) Model Konsentris; dan d) Model Siklus.
Komentar
Posting Komentar