A. Pengelolaan
Kelas
1. Pengertian
Pengelolaan Kelas
Menurut Nugraha
(2010:16) pengelolaan kelas terdiri
dari dua kata,
yaitu “pengelolaan” dan
“kelas”. Pengelolaan merupakan terjemahan
dari kata management berasal dari
kata “to manage”
yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola,
mengendalikan, dan memperlakukan. Namun
kata manegement sendiri
sudah diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi
kata manajemen yang berarti sama
dengan istilah “pengelolaan”, yakni sebagai proses mengoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara efisien
dan efektif.
Malayu Hasibuan (2007: 2-3) menjelaskan
manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses
pemanfaatan sumberdaya manusia
dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu Sedangkan menurut G.R
Terry manajemen adalah suatu
proses yang khas
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakuakan
untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Rusydie (2011: 25-26)
pengelolaan kelas adalah segala
usaha yang dilakukan
untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar
mengajar yang efektif
dan menyenangkan. Menurut Djamarah
pengelolaan kelas dapat dikatakan suatu upaya
mendayagunakan potensi kelas yang
seoptimal mungkin untuk
mendukung proses interaksi
edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Dan menurut
Winzer (Winataputra, 2003: 9.9) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah
cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak
terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan
akademis dan sosial.
Menurut
Milan Rianto(2007:1), pengelolaan kelas merupakan upaya pendidik untuk
menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila
terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal.
Dari beberapa
definisi diatas maka dapat disimpuulkan bahwa
pengelolaan kelas adalah suatu
proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan
yang dilakukan oleh guru
baik individu maupun
melalui orang lain
untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang efektif dan
efisien, dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang ada.
2. Konsep Utama Pengelolaan Kelas
a. Penataan Ruang Kelas
Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara anak didik dengan guru, dan
antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1) Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam
kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru
harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2) Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan anak didik untuk
meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh anak didik
sehingga anak didik dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu anak didik
lain yang sedang bekerja (belajar).
3) Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata
dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan
tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode
diskusi, dan kerja kelompok.
4) Kenyamanan
Kenyamanan
disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5) Keindahan
Prinsip
keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan
dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan
dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku anak didik terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan
pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan
memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah
laku anak didik dalam belajar.
b.
Fungsi Pengelolaan Kelas
Pada
pelaksanaanya fungsi manajemen
tersebut harus disesuaikan dengan
filosofis pendidikan (belajar, mengajar) di dalam kelas. Fungsi
pengelolaan kelas meliputi:
1) Merencanakan
Fungsi
dari manajemen kelas
sendiri sebenarnya merupakan
penerapan fungsi-fungsi manajemen
yang di aplikasikan di
dalam kelas oleh
guru untuk mendukung tujuan belajar yang hendak
dicapainya. Menurut G.R Terry
perencanaan adalah memilih dan
menghubungkan fakta dan
membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenai masa datang dengan
jalan menggambarkan dan
merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
Esensi
perencanaan sebagai fungsi
manajemen adalah pengambilan keputusan
dengan memilah dan memilih
alternatif kegiatan yang
akan atau tidak dilaksanakan, agar
usaha mencapai tujuan
organisasi berlangsung secara efektif dan efisien.
2) Mengorganisasikan
Mengorganisasikan
adalah menyusun hubungan perilaku yang
efektif antar personal,
sehingga mereka dapat bekerja
secara efisien dan
memperoleh keputusan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkungan yang
ada guna mencapai
tujuan dan sasaran tertentu.
3) Memimpin
Seorang
pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila
ingin dipercaya dan
diikuti harus memiliki sifat
kepemimpinan yang yang
senantiasa dapat menjadi pengarah
yang didengar ide dan pemikiranya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak
semata-mata mereka cerdas membuat keputusan
tetapi dibarengi dengan memiliki kepribadian yang dapat
dijadikan suri tauladan.
4) Mengawasi
Pengawasan
menurut Syaiful Sagala
dalam bukunya Manajemen Strategi Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, pengawasan adalah
fungsi administratif yang setiap
administrator memastikan bahwa
apa yang dikerjakan sesuai dengan
yang dikehendaki.
Mengawasi (controling),
adalah pekerjaan seorang guru
untukmenentukan apakah fungsinya
dalam mengorganisasikan dan memimpin di
atas telah berhasil dalam mewujudkan
tujuan yang telahdirumuskan. jika tujuan
belum dapat diwujudkan,
maka guru harusmenilai dan mengatur
kembali situasi pembelajarannya bukan mengubah tujuan.
c.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Kegiatan
pengelolaan kelas akan
membantu proses perkembangan anak
secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun tujuan dari
pengelolaan kelas diantaranya:
1)
Untuk menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan bagi anak
dalam melakukan sejumlah
aktivitas yang dirancang bagi
kepentingan pembelajaran melalui
pendekatan sambil bermain.
2)
Penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar anak dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan anak belajar dan bekerja.
3)
Terciptanya suasana sosial
yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada
anak.
4)
Membina dan membimbing
anak dengan latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat individunya.
d.
Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
Berhasilnya
manajemen kelas dalam
memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, banyak
dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Beberapa factor yang
mempengaruhi perwujudan
pengelolaan kelas yaitu:
1)
Faktor Kurikulum
Karena kegiatan kelas
bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian
sejumlah materi pelajaran,
akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi. Untuk itu
kurikulum kaitannya dengan
pengelolaan kelas harus dirancang
sebagai pengalaman edukatif yang
dirancang sekolah dalam
membantu anak mencapai tujuan
pendidikannya.
2)
Faktor gedung dan sarana kelas
Dalam
konteks ini diperlukan
kreatifitas dalam mengatur dan
mendayagunakan sarana/gedung yang bersedia berdasarkan kurikulum yang
dipergunakan.
3)
Faktor lingkungan fisik
Lingkungan fisik
tempat belajar mempunyai pengaruh penting
terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan
memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran. Adapun
kondisi fisik ini meliputi: Ruangan tempat berlangsunya proses belajar mengajar,
Pengaturan tempat duduk, ventilasi dan pengaturan
cahaya, Pengaturan penyimpanan barang-barang.
e. Dasar Psikologis Dalam
Pengelolaan Kelas
Pelaksanaan manajemen kelas dalam
interaksi belajar mengajar tidak dapat lepas dari faktor psikologi pendidik, peserta didik
terutama, maupun komponen lain yang berkaitan. Masalah psikologis yang ikut
mendasari pengelolaan kelas adalah:
1)
Masalah
motivasi, dengan
memilih serta melakspeserta didikan motivasi yang tepat agar dapat mencapai
tujuan dengan lancar dan penuh kegembiraan. Misalnya motivasi peserta didik
agar giat belajar.
2)
Masalah
belajar, memilih
menerapkan dan mengembangkan teori belajar yang tepatsehingga belajar secara
efisien, efektif dan produktif.
3)
Masalah
individu atau pribadi, di
dalam pengelolaan kelas, masalah individual perlu diperhatikan, di samping
masalah sosial.
C. Aplikasi Manajemen
Kelas di PAUD
1. Merancang Lingkungan
Kelas
Lingkungan
dalam proses pembelajaran memegang peranan yang penting. Penataan lingkungan
diperlukan karena berdasarkan penelitian bahwa gerakan mata kita selama belajar
dan berpikir terikat pada modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan
kata lain mata kita bergerak sesuai dengan cara otak mengakses informasi.
Karena hal tersebut maka kita perlu membuat lingkungan kelas yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk menyerap informasi melalui kemitraan otak-mata.
Rancangan
lingkungan kelas memiliki dampak terhadap kemampuan belajar dan perilaku
anak-anak.Area-area yang lebih kecil dan lebih nyaman mendorong anak-anak untuk
bermain sehingga menghasilkan interaksi-interaksi antar pribadi. Pengelolaan
lingkungan belajar pada
level TK atau prasekolah di
antara pembagian paling
populer adalah membagi lingkungan
belajar kedalam dua
bagian besar yaitu:
a. Pengelolaan lingkungan dalam kelas (indoor)
Kelas yang baik
merupakan lingkungan belajar yang
bersifat menantang dan
merangsang anak untuk belajar, memberikan
rasa aman dan
kepuasan kepada anak dalam
mencapai tujuan belajarnya.
Ruang kelas anak prasekolah biasanya merupakan
kelas yang diorganisasikan sesuai
dengan pusat-pusat kegiatan. Masing-masing
pusat kegiatan memiliki program tertentu.
Pusat kegiatan tersebut
selalu berorientasi pada anak
sebagai pusat bukan
orang dewasa. Setiap kali
diharapkan agar anak
selalu aktif dalam mengikuti
kegiatan baik yang
bersifat kelompokkelompok besar,
kecil ataupun dalam
kegiatan individual.Dalam
hal ini umumnya
terdapat bebarapa pusat kegiatan,
diantaranya :
1) Pusat kegiatan seni dan pekerjaan tangan
2) Pusat bermain drama
3) Pusat penyusunan balok
4) Pusat memanipulasi materi
5) Pusat musik
6) Pusat pameran
Pusat-pusat tersebut dapat
disesuaikan dengan minat anak
atau tema yang ada.
Selain pusat kegiatan
pengelolaan kelas juga meliputi
penataan ruangan maupun
pengorganisasian peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan program yang direncanakan akan
membantu pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta
tujuan pembelajaran secara optimal.
b. Pengelolaan lingkungan di luar kelas (outdoor)
Kegiatan
diluar ruangan merupakan
suatu bagian yang integral
dari program pendidikan
anak usia dini.
Lingkungan belajar di luar kelas seyogianya tidak
hanya berperan sebagai tempat bermain melainkan juga sebagai tempat anak
mengekspresikan lingkungannya.
Lingkungan ini merupakan
tempat yang sangat
menarik dimana anak-anak dapat tumbuh dan berkembang. Ketika
anak-anak bermain di
luar, mereka menunjukkan ketertarikan serta rasa ingin
tahu yang tinggi. Oleh karena itu
lingkungan di luar
kelas selalu penuh
kejutan dan kaya akan perubahan.
Adapun aspek-aspek yang termasuk ruang lingkup pengelolaan lingkungan
belajar outdoor secara umum adalah :
1) Penataan Lokasi kegiatan dengan berbagai sarananya
Tempat aktivitas outdoor
diharapkan tidak dirancang mengelilingi
bangunan sekolah. Jika
hal ini terjadi, maka
proses pengawasan akan
menjadi sulit untuk dilakukan. Area
outdoor sabaiknya ditempatkan
di lokasi yang memungkinkan
mendapat sinar matahari sepanjang hari. Outdoor space harus mudah dimasuki dari
dalam ruangan untuk meminimalkan kemungkinan kecelakaan ketika anak-anak berlalu
dari dalam keluar, atau sebaliknya.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di luar kelas
diharapkan dapat menjadi sarana
yang efektif dalam
membantu perkembangan dan belajar
anak secara menyeluruh.
Sejumlah sarana yang cocok
untuk kegiatan pengembangan
bagi anak TK atau
prasekolah, misalnya: (a)
Tangga; (b) Seluncuran; (c) Ayunan;
(d) Terowongan mini; (e) Papan/board dengan pegas atau
jembatan gantung yang rendah. (f) Atap
untuk rumah-rumahan; (g) Tempat
bagunan balok; (h) Tempat bermain
pasir dan air;
(i) Lingkungan alamiah (pepohonan, semak, bunga).
2) Ukuran
Pada
umumnya aturan perizinan
masyarakat minimum 2,5 m2 per anak
untuk mengadakan tempat aktivitas outdoor.
The Child
Welfare league merekomendasikan
sekitar 6 m2 per anak. Untuk tempat naungan atau
teras harus ditambahkan
minimal 4,5 m2 per
anak.
3) Penataan Pagar sekolah secara tepat
Penggunaan
pagar di lokasi
outdoordapat mengurangi beban tanggung
jawab yang berat
para guru, membebaskan anak
dari rasa khawatir,
dan mencegah binatang masuk
kedalam. Pagar yang
tidak dapat dipanjat mendekati
120 cm tingginya
cukup sebagai batas-batas dengan daerah barbahaya.
4) Pengelolaan tanah lapang
Tanah lapang yang datar dengan permukaan keras, cukup
berbahaya bagi anak karena membuat anak yang ingin berlari
kencang tanpa hamb atan
memiliki resiko jatuh labih
tinggi. Selain itu,
tanah datar yang
lapang relatif membosankan dan kurang bervariasi, sedangkantanah yang
bergelombang dapat memiliki
beberapa keuntungan.
5) Pengelolaan dan penanganan permukaan tanah
Permukaan
tanah untuk anak
usia dini pada dasarnya harus berumput atau menggunakan
kayu, pasir atau tanah yang
lembek dan memiliki
tempat yang paling cepat kering
didekat bangunan. Keamanan
merupakan suatu perhatian
utama ketika
mempertimbangkan permukaan. Permukaan khusus senantiasa
diperlukan untuk mencegah kemungkinan anak
jatuh. Kalaupun anak
terjatuh ke permukaan tersebut
harus mengurangi pengaruh
buruk yang dapat ditimbulkannya.
6) Pembuatan atap atau naungan
Bangunan,
pohon dan permukaan
yang bergelombang harus melindungi
anak-anak dari sinar matahari dan angin yang berlebihan.
Tujuan pengadaan atap atau naungan
adalah untuk memfasilitasi permainan pasif
selama cuaca cerah
untuk permainan aktif selama
cuaca buruk. Atap/naungan
harus dirancang agar memungkinkan
masuknya udara dan matahari secara maksimum.
2. Mengatur Tata Letak
Kelas yang Menarik
Anak-anak
memerlukan sebuah kelas yang memiliki ragam aktivitas yang membuat mereka
tertarik. Material yang ada sebaiknya menstimulasi pola pikir mereka, mendorong
perilaku sosial yang positif dan aman
untuk dimainkan. Ruang kelas memerlukan beragam material tanpa membuat
anak-anak ketakutan. Tujuannya untuk merancang sebuah kelas yang menarik dan
rapi, yang akan menghasilkan perilaku positif dari anak-anak.
Pengaturan
bangku dalam proses pembelajaran adalah hal yang juga penting. Pengaturan
bangku adalah untuk memudahkan interaksi yang diperlukan.Untuk kerja kelompok
bangku diputar saling berhadapan, untuk bercerita bisa digunakan bentuk
setengah lingkaran dengan pusatnya adalah guru.
Prinsip
penataan kelas, Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dipakai oleh para
pendidik untuk menata kelas (Evertson, Emmer & Worsham, 2003) diantaranya
adalah:
1.
Kurangi kepadatan
tempat lalu lalang
2.
Pastikan bahwa guru
dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah
memonitor siswanya secara cermat.
3.
Materi pengajaran dan
perlengkapan murid harus mudah di akses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan
dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
4.
Pastikan murid dapat
dengan mudah melihat semua presentasi kelompok
Selain
penataan bangku, ide yang dapat digunakan untuk membuat kelas menjadi menarik
adalah dengan menempel poster, dengan menempel poster di kelas dapat membantu
siswa mengingat sesuatu dapat dilakukan dalam menempel poster gunakanlah warna
yang menarik. Tema poster dapat disesuaikan dengan tema kelas.Pasanglah poster
di tinggi mata anak sehingga bisa diakses oleh mata anak.Selain poster sesuai
tema dapat juga memasang poster afirmasi yang memotivasi anak.Misalnya poster
yang bertuliskan “Aku Bisa”. Guru membimbing anak untuk membaca atau
mengucapkannya sehingga menguatkan keyakinan tentang belajar dan isi yang
diajarkan.
3. Kunci Pengelolaan Kelas
yang Efektif
Berikut
beberapa catatan mengenai bagaimana agar pengelolaan kelas
bisa efektif:
a.
Faktor terpenting dalam
mengatur sebuah kelas adalah keamanan. Bila ada peralatan, material, atau
permainan di kelas yang tidak aman, segera singkirkan
b.
Saat anak-anak terlihat
bosan atau gelisah dan berlalu lalang tanpa tujuan dalam kelas, itulah waktunya
untuk menambahkan beberapa mainan baru, atau memperkenalkan sebuah mainan baru
pada anak-anak, atau mengubah setting kelas.
c.
Beberapa anak
memberikan respon negatif terhadap warna-warna cerah, terutama anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus. Apabila kelas terlalu berwarna dan ramai,
perlembutlah skema warna untuk mencegah anak-anak terganggu karena cerahnya
ruangan tersebut.
4. Mengatur Area-area Bermain
Anak-anak
terkadang sangat menikmati untuk bermain di area-area yang khusus. Namun
menempatkan anak dalam area-area khusus memerlukan perencanaan yang meliputi
pilihan dan perubahan. Beberapa tips untuk membantu pemilihan acara bermain:
a.
Batasi jumlah anak yang
dapat memilih sebuah area tertentu (tempelkan angka batas maksimal sehingga
anak dapat melihatnya dan mengerti, atau gunakan sebuah “papan acara bermain”
bagi anak-anak untuk memilih).
b.
Beritahu anak-anak
bahwa mereka harus tetap berada di area pilihan mereka sepanjang permainan
masih berlangsung
c.
Apabila anak-anak
berperilaku menyimpang selama acara bermain, ajak mereka keluar area untuk
beberapa saat, dan jelaskan mengapa mereka dibawa keluar. Beri kesempatan untuk
kembali ke permainan mereka. Bila perilaku mereka tetap berulang, mereka perlu
berpindah area
d.
Bila cukup banayak area
yang tersedia, jadwalkan anak-anak untuk meninggalkan area pilihan mereka, dan
berpindah ke area lainnya dengan menggunakan “Papan Acara Bermain.”
Waktu
bermain yang panjang penting bagi pengalaman bermain yang produktif dan
kreatif. Awalnya, anak-anak yang sangat kecil mungkin mengalami kesulitan untuk
memperpanjang waktu bermain mereka.Bantulah anak-anak ini dengan memberikan
usulan dan berpatisipasi dalam permainan mereka.
5. Menerapkan Peraturan di
Kelas
Anak-anak
perlu mengetahui bahwa ada peraturan dan mengapa peraturan tersebut sangat
penting. Dalam memanajemen kelas PAUD agar tiap anak dapat berperan serta
menjaga kelas, turut merasa memiliki kelas, dan agar kegiatan yang dilaksanakan
dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka membuat
peraturan kelas di awal masa sekolah atau sebelum kegiatan dimulai adalah
sebuah prosedur yang lazim dalam kelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menerapkan peraturan kelas pada anak usia dini adalah sebagi berikut:
a.
Pada hari pertama anak
masuk ke sekolah pendidik dapat menjelaskan perilaku apa yang seharusnya
diharapkan, dan pendidik perlu mengomunikasikannya dengan dengan lugas, sederhana,
dan disampaikan secara positif adalah hal yang terbaik
b.
Jika memungkinkan,
berikan anak kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam membuat peraturan.
Karena dengan melakukan hal ini anak akan lebih mudah mengingatnya dan anak
dapat mengingatkan teman yang lain ketika membuat kesalahan atau hal-hal yang
negatif
c.
Tempelkan atau pajang
peraturan kelas di tempat yang mudah dilihat anak dan guru agar anak selau
ingat, peraturan tidak hanya berupa tulisan namun juga dapat divisualisasikan
dengan gambar atau simbol yang memudahkan anak untuk mengingatnya.
d.
Peraturan kelas
dimungkinkan untuk dibacakan atau dijelaskan secara berulang-ulang sampai
anak-anak menangkap konsepnya
e.
Di awal masa sekolah,
pujilah membantu mengomunikasikan perilaku yang diharapkan di dalam kelas.
Lama-kelamaan anak-anak dapat mengatur diri sendiri dan tidak memerlukan banyak
pujian untuk mengatur diri
f.
Menjelaskan mengapa
peraturan itu penting adalah bagian dari pengarahan dalam kelas yang membantu
anak mulai berpikir seperti orang dewasa. Menjelaskan tentang peraturan kelas
membantu anak-anak tidak terlalu memikirkan diri sendiri dan seiring waktu,
membantu mereka menyadari bagaimana hukum ditegakkan di kota-kota dan secara
nasional.
g.
Terapkan peraturan
secara konsisten kepada semua anak
h.
Terkadang peraturan
dapat dimodifikasi jika terdapat kejadian-kejadian luar biasa, dan terapkan
kembali peraturan apabila anak diharapkan mematuhi peraturan di dalam kelas.
i.
Anak-anak yang tidak
mematuhi peraturan perlu mengalami beragam konsekuensi. Kalau tidak, peraturan
tiadak akan memiliki arti bagi mereka. Anak-anak memerlukan penjelasan mengenai
konsekuensi dari perilaku mereka, karena beberapa anak belum menyadari bahwa perilaku memiliki
konsekuensi. Bahaslah perilaku yang negatif dan berikan usulan perilaku yang
positif dan lebih dapat diterima.
j.
Berikut beberapa contoh
peraturan kelas:
1)
Mendengarkan ketika
guru sedang berbicara
2)
Mendengarkan pendapat
teman
3)
Mengikuti arahan atau
aturan permainan
4)
Menggunakan suara yang
lazim digunakan didalam kelas seperti tidak berteriak terlalu kencang
5)
Berjalan di dalam kelas
dan tidak berlarian
6) Tidak
boleh memukul teman
5.
Pengelolaan yang menyangkut siswa/anak didik
Suharsimi
Arikunto dalam bukunya
yang berjudul Pengelolaan Kelas
dan Siswa mengatakan
pengelolaan siswa/anak didik adalah
Pengaturan suasana belajar
di sekolah sedemikian rupa
sehingga setiap siswa
mendapat pelayanan menurut kebutuhan
dan mencapai hasil pendidikan yang maksimal secara efektif
dan efisien.
Dari
pengertian diatas dapat
dikatakan bahwa guru sebagai
seorang pendidik harus
memahami karakteristik dari anak
didiknya agar apa yang dibutuhkan oleh mereka dalam belajar dapat terpenuhi.
Selain itu dalam pengelolaan kelas
PAUD haruslah berorientasi
pada karakteristik perkembangan
anak usia dini. Pemahaman guru tentang
karakteristik anak akan bermanfaat dalam
upaya menciptakan lingkungan
belajar yang mendukung perkembangan
anak.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa
bimbingan utama yang
diberikan kepada anak antara lain :
a. Mengorganisasi anak
Anak-anak
yang baru pertama
kali masuk sekolah biasanya masih
terbawa oleh kebiasaan
atau ritme kehidupannya dirumah.
Untuk hal tersebut
guru melakukan organisasi terhadap
anak dan orang
dewasa lain sehingga terbentuk suatu sistem kerja sama yang baik
antar anak dengan
orang dewasa atau
guru. Anak-anak juga perlu
dibantu untuk belajar
mempelajari berbagai
ketrampilan interaksi sosial
yang positif yang
akan mereka butuhkan. Dalam
pengorganisasian anak di kelas dapat dilakukan dengan :
1) Pengelompokan anak
Melalui
pengelompokan yang dilakukan
guru, anak dapat bekerja
lebih baik dari
pada bekerja sendiri, anak
dapat saling belajar
dari reaksi masingmasing
anak, bahkan mereka
dapat belajar melalui model yang ditunjukkan oleh anak
lain. Dalam 1 kelompok
terdapat 4 atau
5 anak, dengan seperti itu anak
akan lebih mudah memperoleh respon verbal dan fisik dari guru.
2) Open Grouping
Dalam open grouping, anak memilih kelompok
berdasarkan minat. Dalam tipe ini anak dituntut untuk dapat mengantisipasi
kegiatan yang akan
diikutinya, yakni merencanakan pilihannya, serta memilih adalah suatu
kegiatan dari kegiatan-kegiatan yang lainnya.
3) Paired grouping
(pengelompokan secara
berpasangan)
Dalam pengelompokan ini anak bekerja sejenak dengan anak
lain dan saling
membantu. Dengan demikian diharapkan
semua anak saling
belajar dan mengajar karena
mereka setiap anak
memiliki kekuatan dan kebutuhan
satu sama lain
saling melengkapi.
4) Multi grouping
Dalam kelompok ini terdiri dari beberapa anak
yang usianya bervariasi.
Dalam kelompok ini
anakanak diharapkan saling
membantu, yang besar melindungi yang
kecil, berbagi, membimbing,
dan saling mengajarkan sesuatu.
5) Pemanfaatan
anak dalam proses
mengajar yang lebih luas
Di dalam kelas
manapun, sebaiknya anak mendapat
kesempatan beberapa tanggungjawab
yang merupakan tugas dalam
kelas, misalnya, menyimpan atau meletakkan
kembali pada tempatnya
alat permainan atau materi
yang baru saja
dipergunakan, serta tetap menjaga kebersihan dan kerapian kelas.
b. Tata laksana kelas
Tata laksana
kelas dipusatkan dalam aturan di dalam kelas.
Masing-masing guru seringkali
mempunyai cara, pendekatan, prioritas
yang berbeda dalam
melaksanakan tugasnya dalam kelas.
c. Batasan terhadap lingkungan
Sesuatu
yang harus dilakukan
untuk membatasi tingkah laku
anak yang berlebihan.
Misalnya membantu anak agar ia
menjadi orang yang diterima lingkungannya, membantu anak
membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dan yang
tidak diterima.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobby. (2001). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Djamarah,
Syaiful Bahri. (2005). Guru Dan Anak
Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,
Jakarta: Rineka Cipta.
Luluk Asmawati, dkk. (2008). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hasibuan,
Malayu. (2007) Manajemen: Dasar,
Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mariyana,Rita.dkk. 2009. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Mudasir.
(2011). Manajemen Kelas. PekanBaru:
Zanafa.
Mulyono.
(2009). Manajemen Administrasi &
Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Nawawi,
Hadari. (2005) Manajemen Strategik :
Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan,
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Patmonodewo,
Soemarti. (2003). Pendidikan Anak Pra
Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta.
Rahmawati,Rita.
Nugraha, Ali dan Rachmawati, Yeni. (2010). Pengelolaan
Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana.
Rianto, Milan. (2007). Pengelolaan Kelas Model Pakem. Jakarta : Dirjen PMPTK.
Rusdinal Dan
Elizar. (2005). Pengelolaan Kelas
Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Rusydie,
Salman. (2011) Prinsip-Prinsip Manajemen
Kelas, Jogjakarta: Diva Press.
Sagala.H
Syaiful. (2007). Manajemen Strategik
Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Santrock,
John W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Udin S, Winataputra.
(2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Warner, Laverne dan Lynch, Sharon Anne. (2006). Mengelola Kelas Prasekolah
(150 teknik yang sudah diuji oleh para guru). Jakarta: Erlangga.
Komentar
Posting Komentar