A. Penerapan Pembelajaran PAUD dari
Aspek Perkembangan
1.
Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal
di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam
Jamaris, 2006). Istilah “Cognitive”
berasal dari kata cognition artinya
adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976).
Perkembangan
kognitif adalah seluruh proses aktifitas mental yang berkaitan dengan persepsi,
pikiran, ingatan, dan pengelolaan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuaan, memecahkan masalah, merencanakan masa depan, atau
semua proses kognisi yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan
lingkungannya.
Ada beberapa pencetus
tentang teori perkembangan kognitif yaitu Piaget dan Vygotsky. Piaget merupakan
salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri
pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan
Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada beberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan
buku sebagai informasi. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada
pendidikan yaitu:
a.
Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses
mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman
belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan
jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai
pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud.
b.
Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa
pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong
menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan
c.
Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung
pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk
mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu –individu ke dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil siswa dari pada aktivitas dalam bentuk klasikal.
d.
Mengutamakan peran siswauntuk saling berinteraksi.
Menurut Piaget, pertukaran gagasan –gagasan tidak dapat dihindari untuk
perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarakan secara
langsung, perkembangannya dapat di simulasi.
Teori Piaget berpengaruh ke model konstruktivis pembelajaran,
yang terdiri dari pengajaran utama sebagai berikut: (Slavin, 2011:56)
a.
Fokus pada proses pemikiran siswa, bukan
pada hasilnya. Selain memeriksa kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami
proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang
digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan
guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
b.
Pengakuan atas peran penting kegiatan
pembelajaran berdasar keterlibatan aktif yang diprakarsai sendiri oleh siswa.
Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi spontan dengan lingkungan.
c.
Tidak menekankan praktik yang ditujukan
untuk menjadikan siswa berpikir seperti orang dewasa. Piaget merujuk ke
pertanyaan “Bagaimana cara kita mempercepat hubungan?” sebagai “pertanyaan Amerika”.
Di Serikat tampak paling tertarik dengan teknik apa saja yang digunakan untuk
mempercepat langkah siswa melewati tahap-tahap tersebut. Program pendidikan
yang berbasis Piaget menerima keyakinannya yang kuat bahwa pengajaran premature
dapat lebih buruk daripada tanpa pengajaran sama sekali karena hal itu
melahirkan penerimaan rumus orang dewasa secara dangkal, bukannya pemahaman
kognisi yang benar. (May&Kundert)
d.
Penerimaan atas perbedaan kemajuan
perkembangan masing-masing orang. Teori Piaget beranggapan bahwa semua siswa
mengalami urutan perkembangan yang sama tetapi hal itu terjadi dengan kecepatan
yang berbeda. Karena itu, guru harus menempuh upaya khusus untuk merencanakan
kegiatan di ruang kelas bagi masing-masing siswa dan kelompok kecil anak-anak
bukannya bagi seluruh kelompok kelas. Selain itu, karena perbedaan
masing-masing siswa sudah diperkirakan, penilaian kemajuan pendidikan siswa
hendaknya dilakukan berdasar perjalanan perkembangan terdahulu masing-masing
siswa itu sendiri, bukan berdasar kinerja teman-teman dengan usia yang sama.
Tokoh konstruktivis lain adalah Vigotsky. Sumbangan
penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran
sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara
“internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan
sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari
interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vigotsky juga
yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas –tugas yang
belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam “zone of proximal
development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak
antara tingkat perkembangan sesungguhnya ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah secara sendiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa
atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding”.
Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar
bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan
tersebut dan memberinya kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan
yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan
masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky
menjabarkan implikasi utama teori pembelajaran yaitu:
a.
Menghendaki setting kelas kooperatif,
sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of
proximal development mereka.
b.
Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vigotsky adalah salah satu
teori belajar social sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif terjadi interaksi sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa
antara siswa dengan guru dalam usaha mengemukan konsep – konsep pemecahan
masalah.
Konsep Vygotsky (2011:60) didasarkan pada gagasan
bahwa perkembangan ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan seorang anak secara
mandiri dan oleh apa yang dapat dilakukan anak itu ketika dibantu oleh orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten (John-Steiner & Mahn, 2003).
Ada 2 implikasi utama dari Vygotsky:
a.
Dikehendaki setting kelas berbentuk
pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di
sekitar tugas-tugas dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah
afektif dalam zona of proximal development.
b.
Dalam pengajaran ditekankan scaffolding sehingga siswa semakin lama
semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri.
2.
Emosi
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga
pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses
belajar. Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah
kegelisahan yang tampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis meronta.
Pada keadaan tenang, bayi itu tidak akan menunjukkan perbuatan apapun, jadi
dapat disimpulkan emosinya sedang dalam keadaan normal (netral).
Makin besar seorang anak, makin besar pula
kemampuannya untuk belajarn sehingga perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan
emosi melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah
itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar.
Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap
perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan diajarkan cara menyatakan
emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan yang bersangkutan, sehingga
ekspresi tersebut dapat dimengerti oleh orang lain dalam kebudayaan yang sama.
Klienberg pada tahun 1993 menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan
berbagai bentuk ekspresi emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia
Barat. Ekspresi-ekspresi itu antara lain:
·
Menjulurkan lidah kalau keheranan.
·
Bertepuk tangan kalau kuatir.
·
Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
Yang dipelajari dalam perkembangan emosi adalah
objek-objek dan situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak yang tidak
pernah ditakut-takuti di tempat gelap, tidak akan takut kepada tempat yang
gelap. Pria Amerika jarang menangis pada peridtiwa-peristiwa seperti perkawinan,
gagal ujian dan sebagainya. Tetapi, pria Perancis lebih mudah untuk mencucurkan
air mata dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Sikap yang disertai dengan emosi ayng
berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap
negatif terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu, takut, tidak
berdaya, segan bertemu dengan orang lain dan sebagainya.
Aplikasi yang diterapkan pada perkembangan emosi
anak usia dini ada berbagai macam. Adapun aplikasi metode perkembangan emosi
yang dapat dilakukan di PAUD antara lain :
a.
Pengelompokan anak
Melalui
pengelompokan, anak akan saling mengenal berinteraksi secara intensif dengan
anak lain.
b.
Modelling dan imitating
Imitasi
adalah peniruan sikap, tingkah laku, serta cara pandang orang lain yang
dilakukan secara sengaja. Sejak usia dua sampai tiga tahun anak mulai senang
meniru tingkah laku orang lain yang ada di sekitarnya.
c.
Bermain kooperatif
Bermain
kooperatif adalah permainan yang melibatkan sekelompok anak, di mana setiap
anak mendapatkan peran dan tugas masing-masing yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan bersama.
d.
Belajar berbagi
Belajar
berbagi merupakan latihan keterampilan sosial yang sangat baik bagi anak. Melalui
kegiatan ini anak akan belajar berempati terhadap anak lainnya.
3.
Bahasa
Menurut Jackman
perkembangan bahasa adalah “Language development follows a
predictable sequence. it is related, but not tied, to chronological age. this
developmental process includes both sending and receiving information. it is
important to remember that language is learned through use”. Berdasarkan
pernyataan tersebut diketahui perkembangan bahasa adalah urutan yang dapat diprediksi.
Hal itu terkait, namun tidak terikat dengan usia kronologis. Proses
perkembangan ini mencakup pengiriman dan penerimaan informasi. penting untuk
diingat bahwa bahasa dipelajari melalui penggunaan.
Perkembangan bahasa sebagai
salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan
usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu perubahan
yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Bahasa adalah
suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara),
morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatik
(penggunaan) bahasa. Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud,
tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain.
Anak usia dini, khususnya
usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. Menurut Owens dalam Rita mengemukakan bahwa “Anak usia tersebut memperkaya kosa katanya melalui
pengulangan”. Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun
belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosa kata tersebut, anak
menggunakan fast wrapping yaitu suatu
proses dimana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua
kali dalam dialog. Pada masa dini inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata
menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Anak usia 4-5 tahun
rata-rata dapat menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan
4-5 kata dalam satu kalimat yang dapat berbentuk kalimat pernyataan, negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai
menggunakan kalimat yang beralasan seperti “saya menangis karena sakit”. Pada
usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai
berkembang dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.
Dalam membahas perkembangan bahasa sangat penting untuk
selalu mengingat bahwa bahasa terdiri dari sistem aturan, seperti fonologi,
morfologi, sintaksis, leksikal, semantik dan pragmatik sehingga bisa mengetahui
perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada sistem aturan tersebut pada usia
tertentu. Perkembangan bahasa meliputi:
1)
Perkembangan
fonologis, berkaitan dengan penguasaan sistem suara/ bunyi. Seorang anak yang
akan berbicara, akan mendengar segala hal yang distimulus kepadanya lalu otak
mereka menyerap dan memproses. Ketika anak mengeluarkan suara untuk pertama
kalinya seperti “hm..”itulah fonologis.
2)
Perkembangan
morfologis, berkaitan dengan penguasaan pembentukan kata-kata. Pusat bahasa
yang ada di dalam otak seorang anak, setelah menerima stimulus akan memproses
lebih lanjut kepada pemahaman akan intonasi kata, bahasa yang diterima anak
dari ibunya akan sama dengan apa yang dikeluarkannya. Contoh ketika anak haus,
seorang ibu akan menstimulus dengan kata ”susu” atau “minum”. Anak akan
mengucapkan dengan intonasi yang sama namun kata yang diucapkan akan menjadi
“cu cu” atau “mi mi”.
3)
Perkembangan
sintaksis, berkaitan dengan penguasaan tata bahasa. Ini merupakan periode
kritis dalam pertumbuhan bahasa, karena anak-anak mengolah, menguji dan
mengingat bahasa. Contoh anak sudah dapat mengatakan “main bola” atau “mau
susu” dengan jelas.
4)
Perkembangan
leksikal, berkaitan dengan penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta
pengetahuan mengenai arti kata-kata. Tahap ini sudah mulai masuk ke kalimat
telegrafis; anak-anak sudah mengenal, mengingat kata-kata, berbicara secara
jelas dan mengerti makna kata yang diucapkannya.
5)
Perkembangan
semantik, berkaitan dengan penguasaan arti bahasa. Terjadi pada anak ketika
sudah memasuki usia 5-6 tahun. Anak-anak sudah dapat berkomunikasi dengan orang
disekelilingnya dan kosakata mereka terus bertambah, pemahaman makna pun
bertambah karena anak selalu bertanya “apa maksudnya?”
6)
Perkembangan
pragmatik, berkaitan dengan penguasaan aturan-aturan berbicara. Dalam tahap ini
anak-anak biasanya sudah mengerti cara berbicara dan mulai belajar untuk berkomunikasi
yang baik dan benar. Contoh, kapan anak-anak mendengar nasihat orang tua, kapan
anak-anak dapat mengungkapkan perasaannya atau keinginannya kepada orang-orang
disekelilingnya. Seorang anak sudah mulai memahami norma yang berlaku di
lingkungannya.
Berdasarkan uraian
di atas, dalam
membahas perkembangan bahasa sangat
penting untuk selalu mengingat bahwa bahasa terdiri dari sistem aturan, seperti
fonologi (bunyi), morfologi (penguasaan pembentukan kata-kata), sintaksis
(penguasaan tata bahasa), leksikal (perluasan kekayaan kata-kata), semantik
(penguasaan arti bahasa), dan pragmatik (penguasaan aturan-aturan berbicara)
sehingga bisa mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada sistem
aturan tersebut pada usia tertentu. Adapun perkembangan bahasa
yang harus dicapai anak usia dini adalah:
Perkembangan
bahasa yang sudah harus dicapai
anak
umur 18 bulan sampai 7 tahun (Feit, 2007)
Umur
|
Bahasa Reseptif
|
Bahasa Ekspresif
|
Keterampilan
Sosial
|
18-24 bulan
|
·
Menunjukkan
kelima bagian tubuh
·
Menggeleng dalam
merespon pertanyaan ya atau tidak
·
Mengerti 300 kata
·
Mendengarkan
ketika gambar-gambar diberi nama
·
Mengikuti komando
2 tahap. Mis: ambil seaptu dan berikan ke mama
|
·
Mengatakan 50
kata
·
Menamakan objek
familiar
·
Mengatakan frasa
dua kata, mis: sepatu mama; maksudnya mama pakai sepatuku
·
Pakai nama
sendiri untuk menyebut diri sendiri
·
Memakai kata
komando; ayo
|
·
Terlibat dlam
permainan pura-pura (bicara di telepon, memberi makan bayi)
|
2-2.5 tahun
|
·
Mengerti konsep
“satu “ dan “semua”
·
Mengerti 500 kata
·
Mengerti konsep
“kecil” dan “besar”
|
·
Mengatakan 200
kata
·
Mengganti w
dengan r (wed for red). Y for l (lelo for yellow)
·
Mulai bertanya
dan menjawab pertanyaan “apa” dan “di mana”
·
Menggunakan
beberapa kata benda jamak
·
Menanyakan
pertanyaan mendasar, tapi biasanya dengan intonasi (Ayah pergi?), belum
“kemana Ayah pergi?”
·
Minta tolong
ketika kesulitan mengerjakan tugas
·
Dapat dimengerti
orang lain setidaknya 50%. Mulai menggunakan kata empunya, punyaku.
|
·
Minta tolong menyikat
gigi dan pergi ke kamar mandi
·
Menyanyi lagu
yang familiar dengan orang dewasa
|
2.5-3 tahun
|
·
Mengerti 900 kata
·
Menunjuk ke
gambar-gambar objek dengan fungsinya. Ketika ditanya: Apa yang membuat makan
dingin? Menunjuk ke lemari es
|
·
Mengatakan 500
kata
·
Tahu kata empunya
ketiga (ia, mereka, kami, kita)
·
Mengatakan mereka
laki-laki atau perempuan
·
Dengan jelas
mengucapkan p, m, n, w, h
·
Menyebut diri
sendiri dengan namanya
·
Menggunakan kata
empunya (aku, kamu, punyaku)
|
·
Mulai berkata
tetntang peristiwa lampau
·
Menggambarkan apa
yang ia lakukan ketika bermain atau terlibat dalam aktivitas
|
3-3.5 tahun
|
·
Mengerti 1.200
kata
·
Respon terhadap 2
komando tak berhubungan, mis: taruh buku di rak buku, dan ambilo sepatumu
|
·
Mengatakan 800
kata
·
Menamakan
warna-warna dasar
·
Memakai kata
kerja lampau (aku ingin k kebun binatang kemaren)
·
Menjawab
pertanyaan sederhana, apa, siapa, mengapa, berapa banyak?
·
Mulai
terus-menerus menanyakan mengapa?
|
·
Menggunakan
interaksi percakapan kompleks dengan anak lain, mis: negoisasi peran ketika
bermain
|
3.5-4 tahun
|
·
Mengerti
1.500-2.000 kata
·
Tahu “ di depan”
dan “di belakang”
·
Respon terhadap
komando 3 tahap
|
·
Menghitung 5
objek
·
Mengatakan
umurnya sendiri dan nama lengkapnya
·
Biasanya
dimengerti oleh orang selain keluarganya
·
Melakukan analog
verbal
·
Jelas mengucapkan
b, d, k, g, f, y
·
Mengatakan
bagaimana objek umum dipakai
|
·
Mengulang lagu
·
Mensyortir objek
ke dalam kategori tapi mungkin tidak dapat melabel mereka
·
Mengerti ketika
informasi tidak benar atau protes secara verbal
·
Mengorganisir
permainan pura-pura
|
4-5 tahun
|
·
Mengerti
2.000-2.800 kata
|
·
Menggunakan
1.500- 2.000 kata
·
Salah artikulasi
beberapa kata yang sulit
·
Mulai memakai
kata benda jamak
·
Bermain dengan
kata-kata dan menciptakan irama kata sendiri
·
Menceritakan
cerita familiar tanpa petunjuk gambar-gambar
·
Menciptakan
kalimat-kalimat kompleks
·
Tahu “antara, di
bawah, di atas, paling bawah”
·
Tahu “berat,
ringan, keras, lembut”
·
Memakai kata
ganti empunya secara konsisten
·
Mengerti berat/
ringan. Keras/ lembut
|
·
Mengidentifikasi
pertama, terakhir, tengah-tengah
·
Memakai ekspresi
umum
·
Memakai gambar
untuk “membaca” cerita
·
Mengerti musim,
dan mengerti apa yang dapat dilakukan
di tiap musim
·
Memerhatikan
cerita pendek dan menjawab pertanyaan sederhana tentang cerita itu.
·
Menceritakan
cerita dan konsisten terhadap topiknya
·
Suara jelas
seperti anak lain
·
Mencari jawaban
terhadap pertanyaan yang bermakna, mis: mengapa itu terjadi
|
5-7 tahun
|
·
Mengerti hampir
semua yang mereka dengar, konsisten terhadap pengertuian mereka tentang dunia
sekitarnya
·
Mengerti lebih/
kurang, kemarin-besok, paling banyak/ paling sedikit
|
·
Menghitung 20
objek
·
Memberi nama hari
secara urut
·
Mengatakan bulan
dan hari tanggal lahir
·
Memakai kata
benda jamak tidak secara konsisten (anak-anak, tikus-tikus,
perempuan-perempuan)
·
Menggunakan semua
kata depan secara konsisten
·
Memakai kalimat
pasif (temanku Agus dicakar kucing)
·
Menyatakan
persamaan dan perbedaan antara objek
|
·
Mengatakan
lelucon sederhana
·
Menyatakan
kemarahan dengan kata-kata yang tidak agresif, bukan aktivitas fisik
·
Menyadari
kesalahan pada percakapan orang lain
·
Menceritakan
cerita yang berhubungan mengenai sebuah gambar, melihat hubungan antara objek
dan apa yang terjadi
·
Memiliki
percakapan yang baik secara sosial bermanfaat
·
Tertarik belajar,
produktivitas, dan membaca
|
Berdasarkan perkembangan bahasa setiap tahapan usia
di atas maka dalam aplikasi bahasa pada PAUD harus sesuai dengan tahapan
perkembangannya yaitu:
1.
Mengajarkan kegiatan membaca pada anak,
haruslah sesuai dengan tahapan perkembangannya, anak pada masa ini berada pada
tahapan praoperasional konkret yang tidak bisa langsung diajarkan melalui
metode mengeja dan harus ditunjang dengan media yang konkret yang mampu
membantu pemahaman anak, oleh karena itu aplikasi yang dapat diterapkan di
sekolah haruslah melalui tahapan berikut:
·
tahap membaca gambar
·
tahap membaca gambar dan huruf
·
tahap membaca gambar dan kata
·
membaca kalimat
2.
Menulis adalah salah satu kegiatan yang
berhubungan dengan bahasa, pada anak usia dini kegiatan menulis harus diajarkan
melalui kegiatan sebagai berikut:
·
coretan bebas
·
coretan terkontrol
·
coretan bermakna
·
menulis alpabeth
Komentar
Posting Komentar